A.
Latar
belakang Sejarah
Sejarah rumpun gereja ini cukup rumit Karena
berbagai aliran dari gereja ini tidak sependapat tentang titik awal sejerah
gereja ini. Ada tiga kelompok yang berbeda pendapat yaitu;
·
Kelompok
pertama muncul pada awal abad ke-19 dengan teori “Yerusalem-Yordan-Yohanes
Pembaptis” berpendapat bahwa gereja baptis sudah ada sejak pembaptisan Yesus
oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Nama Protestan juga ditolak oleh
mereka Karena Gereja Baptis sudah ada sebelum Reformasi.
·
Kelompok
kedua, muncul pada akhir abad ke-19. Kelompok ini juga mengkritik kelompok
pertama dengan berpendapat bahwa tidak ada hubungan antara baptisan Yohanes
dengan gereja Baptis. Bagi mereka gereja baptis berakar salah satu sayap
radikal dari reformasi.
·
Bagi
kelompok ketiga, gereja baptis berdiri pada abad ke-17. Mereka hanya mengakui
bahwa pendiri gereja baptis mempunyai hubungan dengan kaum Anabaptis, terutama
kaum Mennonit.
Bermulanya gerakan Anabaptis berakar
kuat pada abad-abad permulaan. Kaum Baptis memiliki turunan rohani yang berasal
dari orang-orang Kristen yang mencintai kemerdekaan dari berbagai zaman;
Reformasi memberikan kesempatan pembentukan sejarah yang baru dan bervariasi.
Pernyataan Mosheim yang merupakan
sejarawan Lutheran yang terpelajar mengenai asal-usul kaum Baptis belum pernah
sepenuhnya ditentang. Ia mengatakan:
Asal-usul sekte yang mengulang baptisan terhadap
orang-orang yang berasal dari kelompok lain tersebut disebut Anabaptis, tetapi
juga termasuk denominasi Mennonites, yang berasal dari seorang ternama yang
sangat berjasa atas keberhasilan mereka saat itu, yang diliputi oleh banyak
ketidakjelasan [atau, tersembunyi dalam-dalam dibalik kekunoan yang jauh,
seperti istilah dari seorang penerjemah]. Karena mereka muncul tiba-tiba di
berbagai negeri di Eropa, dibawah pengaruh para pemimpin yang berbeda karakter
dan pandangan; dan pada masa ketika pertentangan pertama dengan Katolik
demikian menegangkan perhatian semua pihak, sehingga mereka sungguh-sungguh
memperhatikan semua kejadian yang muncul. Kaum Mennonites modern menegaskan
bahwa para pendahulu mereka berasal dari kaum Waldenses yang ditekan oleh
tirani Kepausan; dan bahwa mereka berasal dari turunan yang paling murni dan
paling keras menentang setiap kecenderungan penyelewengan, seperti juga halnya
terhadap pandangan-pandangan fanatik.
Pada urutan pertama saya yakin kaum
Mennonites tidak sepenuhnya salah, ketika membanggakan sebagai turunan dari
kaum Waldenses, Petrobrusian dan lainnya yang biasanya menyebut diri sebagai
saksi-saksi kebenaran sebelum Luther. Sebelum masa Luther, tersembunyi hampir
di setiap negeri di Eropa, khususnya di Bohemia, Moravia, Switzerland dan Jerman,
banyak sekali pribadi yang pemikirannya berakar kuat pada prinsip yang
dipertahankan oleh kaum Waldenses, kaum Wyclifites dan kaum Husites, sebagian
besar tersembunyi dan sebagian yang lain secara terbuka; yakni bahwa kerajaan
yang Kristus dirikan diatas bumi, atau jemaat yang kelihatan adalah merupakan
sebuah kumpulan orang-orang kudus; oleh karena itu harus benar-benar bebas dari
orang-orang yang fasik dan berdosa, maupun dari segala lembaga ciptaan manusia
yang bertentangan dengan keillahian. Prinsip ini menjadi dasar yang merupakan
sumber yang baru dan seragam bagi seluruh kepercayaan Mennonites; dan bagian
terbesar dari pendapat mereka yang seragam tersebut sudah teruji dan diakui
oleh mereka yang mempunyai pandangan yang demikian mengenai Jemaat Kristus
beberapa abad sebelum zaman Luther (Mosheim, Institutes of Ecclesiastical
History, III, 200).
Pandangan Mosheim mengenai asal-usul
purbakala dari kaum Baptis dan hubungan mereka yang erat dengan kaum Waldenses
serta saksi-saksi kebenaran lainnya dinyatakan pada tahun 1755, dan sesuai
serta diakui oleh penelitian ilmiah masa kini yang sangat ketat.
Sir Isaac Newton, seorang yang
sangat terkemuka yang pernah hidup, menyatakan adalah “keyakinannya bahwa kaum
Baptis merupakan satu-satunya orang-orang Kristen yang tidak menghubungkan diri
dengan Roma” (Whiston, Memoirs of, ditulis oleh dirinya sendiri, 201). William
Whiston yang mencatat pernyataannya, merupakan penerus Newton di Cambridge
University, dan mengajar Matematika dan Filsafat Alam. Ia sendiri menjadi
seorang Baptis dan menulis sebuah buku tentang baptisan bayi.
Alexander Campbell, didalam
perdebatannya dengan Mr. Macalla, mengatakan: Saya akan melawan dengan
menunjukkan bahwa baptisan seperti yang dipandang dan yang dipraktekkan oleh
kaum Baptis memiliki pendukung dalam setiap abad sepanjang masa Kekristenan
…dan keberadaannya yang independen (Anabaptis Jerman), dipenuhi oleh
saksi-saksi yang menyokong fakta, bahwa sebelum Reformasi, sejak zaman
kepausan, dan sejak zaman apostolik sampai saat ini, perasaan kaum Baptis dan
praktek baptisan memiliki rantai dukungan yang berkesinambungan serta
monumen-monumen umum tentang keberadaan mereka yang dihasilkan dalam setiap
abad (Macalla and Campbell Debate on Baptism, 378-379, Buffalo, 1824).
Sekali lagi didalam bukunya mengenai
Baptisan Kristen (hal. 409, Bethany, 1851), ia mengatakan: Tidak ada yang lebih
menyenangkan bagi kemerdekaan sipil daripada menikmati kemerdekaan untuk
melaksanakan kesadaran yang bebas mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
agama tanpa dihambat dan dibatasi. Karena itulah denominasi Baptis, dalam
setiap zaman dan di seluruh negeri, sebagai sebuah tubuh, merupakan kelompok
yang konsisten dengan hak azasi manusia dan kehendak bebas. Mereka sering
mengalami penganiayaan dari para Pedobaptis, tetapi secara politis mereka tidak
pernah menganiaya, walaupun mereka mempunyai kekuatan untuk itu.
Robert Barclay, seorang Quaker yang
banyak sekali menulis mengenai masalah ini, meski tidak selalu bebas dari sikap
berat sebelah, berkomentar mengenai kaum Baptis: Selanjutnya kita akan
menunjukkan terjadinya kebangkitan Anabaptis sebelum Reformasi Gereja Inggris,
dan selalu terdapat dasar untuk percaya bahwa di Benua Eropa, sekelompok kecil
masyarakat Kristen yang tersembunyi mempertahankan banyak pemikiran Anabaptis,
telah ada sejak masa para rasul. Dalam hubungannya dengan penyebaran Kebenaran
Allah dan sifat agama rohani yang benar, kelihatannya besar kemungkinan bahwa
jemaat-jemaat tersebut memiliki garis silsilah atau suksesi yang lebih kuno
dari yang dimiliki oleh Gereja Roma (Barclay, The Inner Life of the Societies
of the Commonwealth, 11-12, London, 1876).
Pernyataan-pernyataan ini dapat
dipecahkan dengan rincian secara tak langsung. Sejarawan Katolik Roma dan para
pejabatnya sebagai contoh saksi mata, bersaksi bahwa kaum Waldenses dan
kelompok-kelompok purba yang lain merupakan kelompok yang sama dengan
Anabaptis. Seorang Augustinian, Bartholomaeus von Usingen, pada tahun 1529
mengajukan sebuah tulisan polemik untuk menentang “Kaum Baptis Ulang”, dimana
ia mengatakan bahwa “Anabaptis atau Catabaptis keluar dari Picardisme”
(Usingen, Contra Rebaptizantes, Cologne, 1529). The Mandate of Speier, April
1529, menyatakan bahwa Anabaptis berusia ratusan tahun dan seringkali dikutuk (Keller,
Die Waldenser, 135, Leipzig, 1886). Father Gretscher, yang mengedit karya-karya
Rainerio Sacchoni, setelah menceritakan doktrin-doktrin kaum Waldenses,
mengatakan: “Ini merupakan sebuah gambaran sejati mengenai bidat zaman kita,
terutama kaum Anabaptis”; Baronius, seorang sejarawan Gereja Katolik Roma yang
sangat tekun dan terpelajar mengatakan: “Kaum Waldenses merupakan Anabaptis”
(D’Anvers, Baptism, 253). Baronius memiliki sebuah kronik yang berat dan sulit
dibaca, namun berharga sebagai referensi dokumen asli.
Kardinal Hosius, anggota Sidang
Trent, 1560 AD., didalam sebuah pernyataan yang sering dikutip, mengatakan:
Jika kebenaran agama ditentukan oleh kesiapan dan keberanian untuk menderita
seperti yang ditunjukkan oleh anggota dari sekte apa saja, maka tidak ada
pendapat dan kepercayaan dari sekte manapun yang lebih sejati dan lebih
meyakinkan daripada yang ada didalam Anabaptis, karena dalam seribu duaratus
tahun yang lalu ini, hampir tidak ada yang lebih biasa dihukum atau yang lebih
bersukacita dan tabah menjalani penganiayaan, bahkan mempersembahkan diri
mereka didalam hukuman yang paling kejam selain orang-orang tersebut (Hosius,
Letters, Apud Opera, 112-113, Baptist Magazine, CVIII, 278, Mei 1826).
Bahwa Kardinal Hosius menyebutkan
sejarah Baptis mundur 1.200 tahun ke belakang, berarti tahun 360 AD, karena
kemudian di tempat yang lain Kardinal tersebut mengatakan: Anabaptis merupakan
sebuah sekte yang merusak. Kelihatannya akhir-akhir ini beberapa dari kelompok
Waldenses, walau hanya sedikit, seperti kesaksian didalam permintaan maaf
mereka, menyatakan bahwa mereka tidak akan membaptis-ulang seperti kebiasaan
mereka dahulu; meski demikian, dapat dipastikan bahwa banyak dari mereka
mempertahankan kebiasaan mereka, dan bersatu dengan Anabaptis (Hosius, Works of
the Heresies of our Times, Buku I, 431, Edisi 1584).
Dari sudut pandang apapun, kesaksian
Katolik Roma ini harus dilihat sebagai hal yang sangat penting. Katolik Roma
aktif menentang kaum Baptis, dengan Inkuisisi mereka menghadapi kaum Baptis
selama beberapa abad, mereka memiliki setiap informasi, tetapi sama sekali
tidak mengecualikan informasi itu, dan sebagai akibatnya mereka sangat mengenal
fakta-fakta tersebut. Kesaksian-kesaksian yang sangat kuat tentang kekunoan
Baptis ini bobotnya sangat istimewa. Kaum Baptis bukan sesuatu yang baru bagi
Katolik Roma pada masa Reformasi. Kesaksian Luther, Zwingli, dan para Reformer
lainnya meyakinkan. Luther sama sekali bukan bagian dari Baptis. Pada permulaan
tahun 1522 ia mengatakan: “Kaum Anabaptis sejak lama sudah menyebar di Jerman”
(Michelet, Life of Luther, 99). Almarhum Dr. E.T. Winkler, seorang Baptis yang
hebat dan mengesankan, ketika mengomentari pernyataan ini, mengatakan: “Tidak,
Luther bahkan menelusuri Anabaptis sampai kepada masa John Huss, dan dengan
mohon maaf mengakui bahwa Reformasi yang terkenal itu hanya merupakan salah
satu bagian dari mereka”.
Zwingli, Reformer Swiss, lebih spesifik dibandingkan Luther. Sejak awal karyanya, ia dipengaruhi sikap tentang pentingnya untuk menghadapi gerakan Anabaptis. Ia mengatakan: Lembaga Anabaptis bukan sesuatu yang baru, namun merupakan hal yang selama tiga ratus tahun telah menyebabkan gangguan besar kepada gereja, dan memperoleh kekuatan sedemikian rupa, sehingga usaha masa ini untuk menentangnya menjadi sia-sia selama suatu jangka waktu tertentu.
Zwingli, Reformer Swiss, lebih spesifik dibandingkan Luther. Sejak awal karyanya, ia dipengaruhi sikap tentang pentingnya untuk menghadapi gerakan Anabaptis. Ia mengatakan: Lembaga Anabaptis bukan sesuatu yang baru, namun merupakan hal yang selama tiga ratus tahun telah menyebabkan gangguan besar kepada gereja, dan memperoleh kekuatan sedemikian rupa, sehingga usaha masa ini untuk menentangnya menjadi sia-sia selama suatu jangka waktu tertentu.
Tidak ada tempat yang menggambarkan
dimana kaum Baptis pada masa Reformasi bermula, karena mereka semuanya muncul
di banyak negeri secara bersamaan. Pertama-tama adalah tidak mungkin menelusuri
jejak mereka ke suatu tempat tertentu, karena mereka muncul di banyak negeri
pada saat yang bersamaan (J.C. Fusslin, Beitrage zur schweizerischen
Reformations geschichte, I, 190; II, 64-65, 265, 328; III, 323, Zurich, 1754).
Selanjutnya Fusslin menambahkan: “Karena itu Anabaptis tidak salah, jika mereka
mengatakan bahwa anabaptisme bukan suatu hal yang baru. Kaum Waldenses telah
mempraktekkannya sebelum Anabaptis” (Ibid, II, 166). Tidak ada yang dapat
memastikan apakah mereka pertama kali muncul di Belanda, Jerman atau
Switzerland, dan para pemimpinnya tidak dibatasi pada negeri tertentu, dan
kelihatannya tidak memiliki sebuah kaitan yang khusus antara satu dengan
lainnya.
Tak seorang pemimpinpun yang
mengesankan diri sebagai pribadi yang membawahi mereka. Ada independensi dan
individualitis yang menyebabkan kemustahilan untuk menyatakan sistim
intelektual kepercayaan mereka secara lengkap. Terdapat tiga laporan masa itu
yang menunjukkan perbedaan pendapat diantara mereka – dua berasal dari
sejarawan yang memusuhi dan satu berasal dari sejarawan simpatisan. Bullinger
(Die Wiedertaufern Ursprung, Furgang, Secten, Zurich, 1650) berusaha membuat
klasifikasi bagian-bagian yang berbeda, dan menyebutkan tigabelas sekte yang
berbeda didalam lingkaran Anabaptis; tetapi semua itu menunjukkan
tumpang-tindih yang sedemikian rupa sehingga mengesankan adanya jumlah
perbedaan yang sangat besar sehingga tidak bisa dibuat tabel khusus. Sebastian
Frank mencatat berbagai pandangan yang disebutkan oleh Bullinger, tetapi
menghindari klasifikasi tertentu. Ia mengatakan, :”Ada banyak lagi sekte dan
pendapat yang tidak saya ketahui dan tidak bisa saya uraikan, tetapi saya
temukan ternyata bukan hanya ada dua kelompok yang sama pandangannya dengan
semua pemikiran tersebut”. Kessler (Sabbatta, St. Gall, 1902), yang mengisahkan
cerita mengenai Anabaptis St. Gall, juga mencatat variasi pendapat yang sama.
Benih tersebut ditaburkan oleh orang-orang Kristen mula-mula di banyak tempat,
dan kaum Baptis merupakan buahnya. Mereka bukan bersumber dari individu
tertentu, karena itu variasi dan independensi yang besar diperlihatkan oleh
gereja-gereja Baptis. Karena penganiayaan, mereka tidak diizinkan untuk
menyelenggarakan pertemuan untuk merumuskan pembelaan, kemungkinan mereka tidak
saling mengetahui keberadaan masing-masing, sehingga timbul perbedaan pandangan
diantara mereka; tetapi pada intinya ada kesatuan pemikiran, karena mereka
menguasai pelajaran di hati mereka dari sumber Injil yang sama, dan diajar oleh
Roh merdeka yang sama.
Gerakan Anabaptis merupakan
kesinambungan dari iman alkitabiah lama yang dipertahankan oleh kaum Waldenses
dan orang-orang Kristen abad pertengahan lainnya. Limborch, sejarawan Inkuisisi
mengatakan:
Untuk mengatakan yang sejujurnya, jika pendapat dan kebiasaan mereka diteliti dengan tanpa prasangka, maka ternyata diantara semua sekte Kristen modern, mereka memiliki persamaan yang terbesar dengan kaum Mennonites atau Baptis Belanda (Limborch, The History of the Inquisition, I, 57, London, 1731).
Untuk mengatakan yang sejujurnya, jika pendapat dan kebiasaan mereka diteliti dengan tanpa prasangka, maka ternyata diantara semua sekte Kristen modern, mereka memiliki persamaan yang terbesar dengan kaum Mennonites atau Baptis Belanda (Limborch, The History of the Inquisition, I, 57, London, 1731).
Dr. Allen, Profesor Harvard University
mengatakan:
Seiring dengan pengakuan iman yang dengan sendirinya membentuk diri sedemikian rupa (merujuk kepada hirarkhi Roma) sehingga menurunkan tradisi yang sangat tua, tegar, heroik, dan anti-keimamatan, yang menyebabkan pemicu lahirnya berbagai protes radikal dari Kaum Puritan Novatian abad ketiga sampai kepada Independensi Inggris pada abad ketujuhbelas. Tradisi tersebut dalam bentuk yang paling logis bukan hanya Protestan, namun Baptis.
Seiring dengan pengakuan iman yang dengan sendirinya membentuk diri sedemikian rupa (merujuk kepada hirarkhi Roma) sehingga menurunkan tradisi yang sangat tua, tegar, heroik, dan anti-keimamatan, yang menyebabkan pemicu lahirnya berbagai protes radikal dari Kaum Puritan Novatian abad ketiga sampai kepada Independensi Inggris pada abad ketujuhbelas. Tradisi tersebut dalam bentuk yang paling logis bukan hanya Protestan, namun Baptis.
Dr. Ludwig Keller, seorang anggota
terpelajar dari Gereja Reformed yang merupakan Penanggungjawab Arsip Munster
yang kemudian bertugas di Pusat Arsip Berlin, mengatakan: Juga tidak diragukan
lagi bahwa didalam proses penelitian ilmu pengetahuan, penelusuran yang terus
dilakukan akan menghasilkan penyingkapan orang Banyak yang dapat dibuktikan
bahwa di tempat-tempat yang menyebut jemaat Baptis yang sudah ada sejak banyak
dasawarsa dan bahkan berabad-abad sebelum Reformasi (The Baptist Quarterly
Review, VII, 28-31).
Didalam karya terakhirnya, Keller
mengatakan:
Hal-hal yang menonjol dari jenis tinjauan sejarah ini adalah bahwa dalam kalangan injili terdapat sebuah fakta mengenai adanya sebuah garis perkembangan yang tidak terputus dan kesinambungan historis yang jauh sebelum abad keenambelas; dan yang sama-sama menolak mengakui anggapan Katolik bahwa hanya pada 1517 “sebuah kemurtadan menjijikkan terhadap iman yang benar terjadi di Dunia Barat”, dan yang hanya dari para pengikut Luther saja, terang Injil pertama kali yang menyertainya (karena adanya kesesatan) datang ke dunia (Keller, Die Anfange der Reformation, iii, iv, diterjemahkan untuk The Western Recorder oleh Dr. Albert H. Newman).
Hal-hal yang menonjol dari jenis tinjauan sejarah ini adalah bahwa dalam kalangan injili terdapat sebuah fakta mengenai adanya sebuah garis perkembangan yang tidak terputus dan kesinambungan historis yang jauh sebelum abad keenambelas; dan yang sama-sama menolak mengakui anggapan Katolik bahwa hanya pada 1517 “sebuah kemurtadan menjijikkan terhadap iman yang benar terjadi di Dunia Barat”, dan yang hanya dari para pengikut Luther saja, terang Injil pertama kali yang menyertainya (karena adanya kesesatan) datang ke dunia (Keller, Die Anfange der Reformation, iii, iv, diterjemahkan untuk The Western Recorder oleh Dr. Albert H. Newman).
B.
Tokoh
Pendiri
John Smith berasal dari kaum
puritan yang berusaha untuk mengembalikan gereja Anglikan kepada model gereja
dalam perjanjian baru. Mereka ingin mengkritisi keberadaan gereja Anglikan yang
tidak alkitabiah. Seperti, keberadaan gereja dalam Negara, dan tidak adanya
kebebasan untuk mengungkapkan keyakinan iman atau apa saja yang diyakini
sebagai kebenaran. Karena kelompok ini dipandang oleh gereja resmi dan
pemerintah Inggris sebagai kelompok sekertarian yang berbahaya, maka John Smith
dan kawan-kawan pun melarikan diri ke Belanda dan bertemu dengan kelompok
Mennonit yang menurut mereka sesuai dengan paham dan cita-cita mereka tersebut.
Smyth dan kawan-kawan mengambil
langkah yang berani pada tahun 1609 dengan membaptis ulang diri mereka dengan
beranggapan bahwa baptisan yang sebenarnya adalah baptisan dewasa. Karena
menurut dia di dalam Alkitab, seperti yang juga dianut oleh kaum Mennonit.
Baptisan yang sah dilakukan bagi orang yang sudah mampu memahami dan menyatakan
imannya.
Saat Smith menjadi jemaat Mennonit dan menganut
baptisan selam, sejumlah rekannya yang dipimpin oleh Thomas Helwys menolak
bergabung dengan gereja itu. Mereka
mengucilkan Smith dan pulang ke Inggris. Di Inggris mereka mendirikan jemaat
Baptis yang pertama tahun 1612. Smith tetap mempertahankan pendiriannya sampai
ia meninggal di Belanda pada bulan agustus 1616. Walau ia tidak ikut pulang ke
Inggris, dalam sejarah gereja-gereja Baptis Smyth tetap dihargai sebagai
peletak dasar rumpun gereja itu.
C.
Perkembangan
Gereja Baptis Perkembangannya di Amerika.
Pada abad ke-17 rumpun gereja
baptis lama berkembang karenaa mendapat perlawanan dari kelompok gereja lain,
terutama Presbyteran dan Episkopal, disamping juga perselisihan dalam gereja
Baptis sendiri. Baru setelah abad ke-18 gereja Baptis mulai berkembang setelah
mendapat suntikan dari Gerakan Kebangunan Besar. Juga mereka mendapat banyak
anggota gereja yang berasal dari kaum separatis yang menolak kebijakan Gereja
yag memperketat perlakuan disiplin pada warga gereja, misalnya gereja
kongresional. Salah satu tokoh gerakan separatis yang menjadi pemimpin gereja
Baptis yaitu Isaac Backus (1724-1800). Hingga akhir abad ke-18 Gereja Baptis
berhasil memiliki 750 jemaat dan sekitar 80.000 anggota, namun masih saja
dianggap sebagai sectarian. Pada abad ke-19 gereja baptis mulai memberi
perhatian pada upaya penginjilan baik di dalam maupun di luar negeri.
D. Perkembangan masa kini di
Indonesia
Gerakan Baptis sudah ada sejak
awal abad ke 19 pada masa kekuasaan Inggris di Indonesia. Jabes Carey merupakan anak William Carey yang
datang ke Maluku dan menjadi pengawas sekolah-sekolah. Dan sekaranng gereja ini
berkembang dan mealakukan kerja sama dengan gereja-gereja yang lainnya
Ketika Reformasi terjadi pada
awal abad ke-16, banyak orang merasa kurang puas dengan apa yang telah
dilakukan oleh Luther maupun Calvin. Mereka mengharapkan perubahan yang radikal
dari Gereja Katolik Roma. Sebagian dari mereka kemudian melakukan
perombakan-perombakan sendiri terhada gereja pada waktu itu, khususnya dalam
hal hubungan antara gereja dan negara dan baptisan.
By: Lukas Hutasoit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar