ANUGERA DARI DIA

TUHAN MEMBERKATI KAMI

Sabtu, 26 Juli 2014

Sejarah gereja Baptis

A.     Latar belakang Sejarah
Sejarah rumpun gereja ini cukup rumit Karena berbagai aliran dari gereja ini tidak sependapat tentang titik awal sejerah gereja ini. Ada tiga kelompok yang berbeda pendapat yaitu;
·         Kelompok pertama muncul pada awal abad ke-19 dengan teori “Yerusalem-Yordan-Yohanes Pembaptis” berpendapat bahwa gereja baptis sudah ada sejak pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Nama Protestan juga ditolak oleh mereka Karena Gereja Baptis sudah ada sebelum Reformasi.
·         Kelompok kedua, muncul pada akhir abad ke-19. Kelompok ini juga mengkritik kelompok pertama dengan berpendapat bahwa tidak ada hubungan antara baptisan Yohanes dengan gereja Baptis. Bagi mereka gereja baptis berakar salah satu sayap radikal dari reformasi.
·         Bagi kelompok ketiga, gereja baptis berdiri pada abad ke-17. Mereka hanya mengakui bahwa pendiri gereja baptis mempunyai hubungan dengan kaum Anabaptis, terutama kaum Mennonit.
Bermulanya gerakan Anabaptis berakar kuat pada abad-abad permulaan. Kaum Baptis memiliki turunan rohani yang berasal dari orang-orang Kristen yang mencintai kemerdekaan dari berbagai zaman; Reformasi memberikan kesempatan pembentukan sejarah yang baru dan bervariasi.
Pernyataan Mosheim yang merupakan sejarawan Lutheran yang terpelajar mengenai asal-usul kaum Baptis belum pernah sepenuhnya ditentang. Ia mengatakan:
Asal-usul sekte yang mengulang baptisan terhadap orang-orang yang berasal dari kelompok lain tersebut disebut Anabaptis, tetapi juga termasuk denominasi Mennonites, yang berasal dari seorang ternama yang sangat berjasa atas keberhasilan mereka saat itu, yang diliputi oleh banyak ketidakjelasan [atau, tersembunyi dalam-dalam dibalik kekunoan yang jauh, seperti istilah dari seorang penerjemah]. Karena mereka muncul tiba-tiba di berbagai negeri di Eropa, dibawah pengaruh para pemimpin yang berbeda karakter dan pandangan; dan pada masa ketika pertentangan pertama dengan Katolik demikian menegangkan perhatian semua pihak, sehingga mereka sungguh-sungguh memperhatikan semua kejadian yang muncul. Kaum Mennonites modern menegaskan bahwa para pendahulu mereka berasal dari kaum Waldenses yang ditekan oleh tirani Kepausan; dan bahwa mereka berasal dari turunan yang paling murni dan paling keras menentang setiap kecenderungan penyelewengan, seperti juga halnya terhadap pandangan-pandangan fanatik.
Pada urutan pertama saya yakin kaum Mennonites tidak sepenuhnya salah, ketika membanggakan sebagai turunan dari kaum Waldenses, Petrobrusian dan lainnya yang biasanya menyebut diri sebagai saksi-saksi kebenaran sebelum Luther. Sebelum masa Luther, tersembunyi hampir di setiap negeri di Eropa, khususnya di Bohemia, Moravia, Switzerland dan Jerman, banyak sekali pribadi yang pemikirannya berakar kuat pada prinsip yang dipertahankan oleh kaum Waldenses, kaum Wyclifites dan kaum Husites, sebagian besar tersembunyi dan sebagian yang lain secara terbuka; yakni bahwa kerajaan yang Kristus dirikan diatas bumi, atau jemaat yang kelihatan adalah merupakan sebuah kumpulan orang-orang kudus; oleh karena itu harus benar-benar bebas dari orang-orang yang fasik dan berdosa, maupun dari segala lembaga ciptaan manusia yang bertentangan dengan keillahian. Prinsip ini menjadi dasar yang merupakan sumber yang baru dan seragam bagi seluruh kepercayaan Mennonites; dan bagian terbesar dari pendapat mereka yang seragam tersebut sudah teruji dan diakui oleh mereka yang mempunyai pandangan yang demikian mengenai Jemaat Kristus beberapa abad sebelum zaman Luther (Mosheim, Institutes of Ecclesiastical History, III, 200).
Pandangan Mosheim mengenai asal-usul purbakala dari kaum Baptis dan hubungan mereka yang erat dengan kaum Waldenses serta saksi-saksi kebenaran lainnya dinyatakan pada tahun 1755, dan sesuai serta diakui oleh penelitian ilmiah masa kini yang sangat ketat.
Sir Isaac Newton, seorang yang sangat terkemuka yang pernah hidup, menyatakan adalah “keyakinannya bahwa kaum Baptis merupakan satu-satunya orang-orang Kristen yang tidak menghubungkan diri dengan Roma” (Whiston, Memoirs of, ditulis oleh dirinya sendiri, 201). William Whiston yang mencatat pernyataannya, merupakan penerus Newton di Cambridge University, dan mengajar Matematika dan Filsafat Alam. Ia sendiri menjadi seorang Baptis dan menulis sebuah buku tentang baptisan bayi.
Alexander Campbell, didalam perdebatannya dengan Mr. Macalla, mengatakan: Saya akan melawan dengan menunjukkan bahwa baptisan seperti yang dipandang dan yang dipraktekkan oleh kaum Baptis memiliki pendukung dalam setiap abad sepanjang masa Kekristenan …dan keberadaannya yang independen (Anabaptis Jerman), dipenuhi oleh saksi-saksi yang menyokong fakta, bahwa sebelum Reformasi, sejak zaman kepausan, dan sejak zaman apostolik sampai saat ini, perasaan kaum Baptis dan praktek baptisan memiliki rantai dukungan yang berkesinambungan serta monumen-monumen umum tentang keberadaan mereka yang dihasilkan dalam setiap abad (Macalla and Campbell Debate on Baptism, 378-379, Buffalo, 1824).
Sekali lagi didalam bukunya mengenai Baptisan Kristen (hal. 409, Bethany, 1851), ia mengatakan: Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi kemerdekaan sipil daripada menikmati kemerdekaan untuk melaksanakan kesadaran yang bebas mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan agama tanpa dihambat dan dibatasi. Karena itulah denominasi Baptis, dalam setiap zaman dan di seluruh negeri, sebagai sebuah tubuh, merupakan kelompok yang konsisten dengan hak azasi manusia dan kehendak bebas. Mereka sering mengalami penganiayaan dari para Pedobaptis, tetapi secara politis mereka tidak pernah menganiaya, walaupun mereka mempunyai kekuatan untuk itu.
Robert Barclay, seorang Quaker yang banyak sekali menulis mengenai masalah ini, meski tidak selalu bebas dari sikap berat sebelah, berkomentar mengenai kaum Baptis: Selanjutnya kita akan menunjukkan terjadinya kebangkitan Anabaptis sebelum Reformasi Gereja Inggris, dan selalu terdapat dasar untuk percaya bahwa di Benua Eropa, sekelompok kecil masyarakat Kristen yang tersembunyi mempertahankan banyak pemikiran Anabaptis, telah ada sejak masa para rasul. Dalam hubungannya dengan penyebaran Kebenaran Allah dan sifat agama rohani yang benar, kelihatannya besar kemungkinan bahwa jemaat-jemaat tersebut memiliki garis silsilah atau suksesi yang lebih kuno dari yang dimiliki oleh Gereja Roma (Barclay, The Inner Life of the Societies of the Commonwealth, 11-12, London, 1876).
Pernyataan-pernyataan ini dapat dipecahkan dengan rincian secara tak langsung. Sejarawan Katolik Roma dan para pejabatnya sebagai contoh saksi mata, bersaksi bahwa kaum Waldenses dan kelompok-kelompok purba yang lain merupakan kelompok yang sama dengan Anabaptis. Seorang Augustinian, Bartholomaeus von Usingen, pada tahun 1529 mengajukan sebuah tulisan polemik untuk menentang “Kaum Baptis Ulang”, dimana ia mengatakan bahwa “Anabaptis atau Catabaptis keluar dari Picardisme” (Usingen, Contra Rebaptizantes, Cologne, 1529). The Mandate of Speier, April 1529, menyatakan bahwa Anabaptis berusia ratusan tahun dan seringkali dikutuk (Keller, Die Waldenser, 135, Leipzig, 1886). Father Gretscher, yang mengedit karya-karya Rainerio Sacchoni, setelah menceritakan doktrin-doktrin kaum Waldenses, mengatakan: “Ini merupakan sebuah gambaran sejati mengenai bidat zaman kita, terutama kaum Anabaptis”; Baronius, seorang sejarawan Gereja Katolik Roma yang sangat tekun dan terpelajar mengatakan: “Kaum Waldenses merupakan Anabaptis” (D’Anvers, Baptism, 253). Baronius memiliki sebuah kronik yang berat dan sulit dibaca, namun berharga sebagai referensi dokumen asli.
Kardinal Hosius, anggota Sidang Trent, 1560 AD., didalam sebuah pernyataan yang sering dikutip, mengatakan: Jika kebenaran agama ditentukan oleh kesiapan dan keberanian untuk menderita seperti yang ditunjukkan oleh anggota dari sekte apa saja, maka tidak ada pendapat dan kepercayaan dari sekte manapun yang lebih sejati dan lebih meyakinkan daripada yang ada didalam Anabaptis, karena dalam seribu duaratus tahun yang lalu ini, hampir tidak ada yang lebih biasa dihukum atau yang lebih bersukacita dan tabah menjalani penganiayaan, bahkan mempersembahkan diri mereka didalam hukuman yang paling kejam selain orang-orang tersebut (Hosius, Letters, Apud Opera, 112-113, Baptist Magazine, CVIII, 278, Mei 1826).
Bahwa Kardinal Hosius menyebutkan sejarah Baptis mundur 1.200 tahun ke belakang, berarti tahun 360 AD, karena kemudian di tempat yang lain Kardinal tersebut mengatakan: Anabaptis merupakan sebuah sekte yang merusak. Kelihatannya akhir-akhir ini beberapa dari kelompok Waldenses, walau hanya sedikit, seperti kesaksian didalam permintaan maaf mereka, menyatakan bahwa mereka tidak akan membaptis-ulang seperti kebiasaan mereka dahulu; meski demikian, dapat dipastikan bahwa banyak dari mereka mempertahankan kebiasaan mereka, dan bersatu dengan Anabaptis (Hosius, Works of the Heresies of our Times, Buku I, 431, Edisi 1584).
Dari sudut pandang apapun, kesaksian Katolik Roma ini harus dilihat sebagai hal yang sangat penting. Katolik Roma aktif menentang kaum Baptis, dengan Inkuisisi mereka menghadapi kaum Baptis selama beberapa abad, mereka memiliki setiap informasi, tetapi sama sekali tidak mengecualikan informasi itu, dan sebagai akibatnya mereka sangat mengenal fakta-fakta tersebut. Kesaksian-kesaksian yang sangat kuat tentang kekunoan Baptis ini bobotnya sangat istimewa. Kaum Baptis bukan sesuatu yang baru bagi Katolik Roma pada masa Reformasi. Kesaksian Luther, Zwingli, dan para Reformer lainnya meyakinkan. Luther sama sekali bukan bagian dari Baptis. Pada permulaan tahun 1522 ia mengatakan: “Kaum Anabaptis sejak lama sudah menyebar di Jerman” (Michelet, Life of Luther, 99). Almarhum Dr. E.T. Winkler, seorang Baptis yang hebat dan mengesankan, ketika mengomentari pernyataan ini, mengatakan: “Tidak, Luther bahkan menelusuri Anabaptis sampai kepada masa John Huss, dan dengan mohon maaf mengakui bahwa Reformasi yang terkenal itu hanya merupakan salah satu bagian dari mereka”.
Zwingli, Reformer Swiss, lebih spesifik dibandingkan Luther. Sejak awal karyanya, ia dipengaruhi sikap tentang pentingnya untuk menghadapi gerakan Anabaptis. Ia mengatakan: Lembaga Anabaptis bukan sesuatu yang baru, namun merupakan hal yang selama tiga ratus tahun telah menyebabkan gangguan besar kepada gereja, dan memperoleh kekuatan sedemikian rupa, sehingga usaha masa ini untuk menentangnya menjadi sia-sia selama suatu jangka waktu tertentu.
Tidak ada tempat yang menggambarkan dimana kaum Baptis pada masa Reformasi bermula, karena mereka semuanya muncul di banyak negeri secara bersamaan. Pertama-tama adalah tidak mungkin menelusuri jejak mereka ke suatu tempat tertentu, karena mereka muncul di banyak negeri pada saat yang bersamaan (J.C. Fusslin, Beitrage zur schweizerischen Reformations geschichte, I, 190; II, 64-65, 265, 328; III, 323, Zurich, 1754). Selanjutnya Fusslin menambahkan: “Karena itu Anabaptis tidak salah, jika mereka mengatakan bahwa anabaptisme bukan suatu hal yang baru. Kaum Waldenses telah mempraktekkannya sebelum Anabaptis” (Ibid, II, 166). Tidak ada yang dapat memastikan apakah mereka pertama kali muncul di Belanda, Jerman atau Switzerland, dan para pemimpinnya tidak dibatasi pada negeri tertentu, dan kelihatannya tidak memiliki sebuah kaitan yang khusus antara satu dengan lainnya.
Tak seorang pemimpinpun yang mengesankan diri sebagai pribadi yang membawahi mereka. Ada independensi dan individualitis yang menyebabkan kemustahilan untuk menyatakan sistim intelektual kepercayaan mereka secara lengkap. Terdapat tiga laporan masa itu yang menunjukkan perbedaan pendapat diantara mereka – dua berasal dari sejarawan yang memusuhi dan satu berasal dari sejarawan simpatisan. Bullinger (Die Wiedertaufern Ursprung, Furgang, Secten, Zurich, 1650) berusaha membuat klasifikasi bagian-bagian yang berbeda, dan menyebutkan tigabelas sekte yang berbeda didalam lingkaran Anabaptis; tetapi semua itu menunjukkan tumpang-tindih yang sedemikian rupa sehingga mengesankan adanya jumlah perbedaan yang sangat besar sehingga tidak bisa dibuat tabel khusus. Sebastian Frank mencatat berbagai pandangan yang disebutkan oleh Bullinger, tetapi menghindari klasifikasi tertentu. Ia mengatakan, :”Ada banyak lagi sekte dan pendapat yang tidak saya ketahui dan tidak bisa saya uraikan, tetapi saya temukan ternyata bukan hanya ada dua kelompok yang sama pandangannya dengan semua pemikiran tersebut”. Kessler (Sabbatta, St. Gall, 1902), yang mengisahkan cerita mengenai Anabaptis St. Gall, juga mencatat variasi pendapat yang sama. Benih tersebut ditaburkan oleh orang-orang Kristen mula-mula di banyak tempat, dan kaum Baptis merupakan buahnya. Mereka bukan bersumber dari individu tertentu, karena itu variasi dan independensi yang besar diperlihatkan oleh gereja-gereja Baptis. Karena penganiayaan, mereka tidak diizinkan untuk menyelenggarakan pertemuan untuk merumuskan pembelaan, kemungkinan mereka tidak saling mengetahui keberadaan masing-masing, sehingga timbul perbedaan pandangan diantara mereka; tetapi pada intinya ada kesatuan pemikiran, karena mereka menguasai pelajaran di hati mereka dari sumber Injil yang sama, dan diajar oleh Roh merdeka yang sama.
Gerakan Anabaptis merupakan kesinambungan dari iman alkitabiah lama yang dipertahankan oleh kaum Waldenses dan orang-orang Kristen abad pertengahan lainnya. Limborch, sejarawan Inkuisisi mengatakan:
Untuk mengatakan yang sejujurnya, jika pendapat dan kebiasaan mereka diteliti dengan tanpa prasangka, maka ternyata diantara semua sekte Kristen modern, mereka memiliki persamaan yang terbesar dengan kaum Mennonites atau Baptis Belanda (Limborch, The History of the Inquisition, I, 57, London, 1731).
Dr. Allen, Profesor Harvard University mengatakan:
Seiring dengan pengakuan iman yang dengan sendirinya membentuk diri sedemikian rupa (merujuk kepada hirarkhi Roma) sehingga menurunkan tradisi yang sangat tua, tegar, heroik, dan anti-keimamatan, yang menyebabkan pemicu lahirnya berbagai protes radikal dari Kaum Puritan Novatian abad ketiga sampai kepada Independensi Inggris pada abad ketujuhbelas. Tradisi tersebut dalam bentuk yang paling logis bukan hanya Protestan, namun Baptis.
Dr. Ludwig Keller, seorang anggota terpelajar dari Gereja Reformed yang merupakan Penanggungjawab Arsip Munster yang kemudian bertugas di Pusat Arsip Berlin, mengatakan: Juga tidak diragukan lagi bahwa didalam proses penelitian ilmu pengetahuan, penelusuran yang terus dilakukan akan menghasilkan penyingkapan orang Banyak yang dapat dibuktikan bahwa di tempat-tempat yang menyebut jemaat Baptis yang sudah ada sejak banyak dasawarsa dan bahkan berabad-abad sebelum Reformasi (The Baptist Quarterly Review, VII, 28-31).
Didalam karya terakhirnya, Keller mengatakan:
Hal-hal yang menonjol dari jenis tinjauan sejarah ini adalah bahwa dalam kalangan injili terdapat sebuah fakta mengenai adanya sebuah garis perkembangan yang tidak terputus dan kesinambungan historis yang jauh sebelum abad keenambelas; dan yang sama-sama menolak mengakui anggapan Katolik bahwa hanya pada 1517 “sebuah kemurtadan menjijikkan terhadap iman yang benar terjadi di Dunia Barat”, dan yang hanya dari para pengikut Luther saja, terang Injil pertama kali yang menyertainya (karena adanya kesesatan) datang ke dunia (Keller, Die Anfange der Reformation, iii, iv, diterjemahkan untuk The Western Recorder oleh Dr. Albert H. Newman).
B.     Tokoh Pendiri
John Smith berasal dari kaum puritan yang berusaha untuk mengembalikan gereja Anglikan kepada model gereja dalam perjanjian baru. Mereka ingin mengkritisi keberadaan gereja Anglikan yang tidak alkitabiah. Seperti, keberadaan gereja dalam Negara, dan tidak adanya kebebasan untuk mengungkapkan keyakinan iman atau apa saja yang diyakini sebagai kebenaran. Karena kelompok ini dipandang oleh gereja resmi dan pemerintah Inggris sebagai kelompok sekertarian yang berbahaya, maka John Smith dan kawan-kawan pun melarikan diri ke Belanda dan bertemu dengan kelompok Mennonit yang menurut mereka sesuai dengan paham dan cita-cita mereka tersebut.
Smyth dan kawan-kawan mengambil langkah yang berani pada tahun 1609 dengan membaptis ulang diri mereka dengan beranggapan bahwa baptisan yang sebenarnya adalah baptisan dewasa. Karena menurut dia di dalam Alkitab, seperti yang juga dianut oleh kaum Mennonit. Baptisan yang sah dilakukan bagi orang yang sudah mampu memahami dan menyatakan imannya.
Saat Smith menjadi jemaat Mennonit dan menganut baptisan selam, sejumlah rekannya yang dipimpin oleh Thomas Helwys menolak bergabung  dengan gereja itu. Mereka mengucilkan Smith dan pulang ke Inggris. Di Inggris mereka mendirikan jemaat Baptis yang pertama tahun 1612. Smith tetap mempertahankan pendiriannya sampai ia meninggal di Belanda pada bulan agustus 1616. Walau ia tidak ikut pulang ke Inggris, dalam sejarah gereja-gereja Baptis Smyth tetap dihargai sebagai peletak dasar rumpun gereja itu.

C.     Perkembangan Gereja Baptis Perkembangannya di Amerika.

Pada abad ke-17 rumpun gereja baptis lama berkembang karenaa mendapat perlawanan dari kelompok gereja lain, terutama Presbyteran dan Episkopal, disamping juga perselisihan dalam gereja Baptis sendiri. Baru setelah abad ke-18 gereja Baptis mulai berkembang setelah mendapat suntikan dari Gerakan Kebangunan Besar. Juga mereka mendapat banyak anggota gereja yang berasal dari kaum separatis yang menolak kebijakan Gereja yag memperketat perlakuan disiplin pada warga gereja, misalnya gereja kongresional. Salah satu tokoh gerakan separatis yang menjadi pemimpin gereja Baptis yaitu Isaac Backus (1724-1800). Hingga akhir abad ke-18 Gereja Baptis berhasil memiliki 750 jemaat dan sekitar 80.000 anggota, namun masih saja dianggap sebagai sectarian. Pada abad ke-19 gereja baptis mulai memberi perhatian pada upaya penginjilan baik di dalam maupun di luar negeri.

D.     Perkembangan masa kini di Indonesia
Gerakan Baptis sudah ada sejak awal abad ke 19 pada masa kekuasaan Inggris di Indonesia.  Jabes Carey merupakan anak William Carey yang datang ke Maluku dan menjadi pengawas sekolah-sekolah. Dan sekaranng gereja ini berkembang dan mealakukan kerja sama dengan gereja-gereja yang lainnya
Ketika Reformasi terjadi pada awal abad ke-16, banyak orang merasa kurang puas dengan apa yang telah dilakukan oleh Luther maupun Calvin. Mereka mengharapkan perubahan yang radikal dari Gereja Katolik Roma. Sebagian dari mereka kemudian melakukan perombakan-perombakan sendiri terhada gereja pada waktu itu, khususnya dalam hal hubungan antara gereja dan negara dan baptisan. 

By: Lukas Hutasoit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar