DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… i
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………..........…..
1
1.1 Latar
Belakang Masalah.……………………….……………………………………....
1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..
1
1.3. Tujuan dan Manfaat Makalah….……...…………...……………………….………… 1
1.4. Metode
Pembuatan Makalah………………………………………………………… 2
BAB II KAJIAN TEORI………………………………………………………….…….. 3
2.1 Pengertian
dan proses lahirnya Marxisme....................................................
3
2.2 Dogmatisasi
Ideologi Karl Marx…………………………………………………… 4
2.3
Masalah-Masalah marxisme…………………………………………………………
8
BAB III PEMBAHASANMASALAH………………………………………………….. 10
3.1
Lahirnya Marxisme………………………………………………………………....
10
3.2
Masalah-Masalah Yang Timbul Akibat Ideologi Marxisme Dalam Masyarakat….. 12
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………….... 14
4.1
Kesimpulan……………………………………………………………………………. 14
4.2
Saran…………………………………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..................
15
MAKALAH FILSAFAT ILMU TEOLOGI
TENTANG FILSAFAT KRITISISME

Oleh:
Nama : Ingot Alva Omega
Hutagalung, S.Th
NIM :
Program :
Magister Pendidikan Agama Kristen
Mata kuliah
: Filsafat Ilmu Teologi
Dosen
pengampu : Dr. Agustinus Ruben, M.Th
STT MARTURIA
TANJUNG BALAI-SUMATERA UTARA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Didalam disiplin ilmu sejarah banyak sekali faham yang berkebang
mengenai kehidupan manusia. Perkembangan ini petama-tama lahir didaratan eropa
yang kemudian berkembang menguasai dunia, bahkan sampai sekarangpun manusia
masih menggunakan, melaksanakan, mempelajari serta mengembangkan faham–faham
yang pernah berkembang disana.
Perkembangan faham – faham ini menurut teori sejarah dimulai sejak zaman
yunani kuno, dan mengalami perkembangan yang sangat pesat sekitar abad XV
sampai abad XIX. Pada masa itu muncul beberapa tokoh fulsuf yang terkemuka
sebagai pengembang filsuf – filsuf yunani kuno. Tokoh – tokoh itu antara lain
Karl Marx, Hegel, Montesque, dll. Tokoh – tokoh itu masing – masing membawa
sebuah pemikiran yang besar sehingga menjadi sebuah faham atau aliran.
Aliran–aliran yang berkembang besar dimasa itu antara lain naturalisme,
idealisme, sosialisme, materialisme, kapitalisme, marxisme, dll. Masing–masing
faham itu antara satu dengan yang lainnya selalu saja berkaitan karena
tiap–tiap filsuf yang mendukung sebuah teori maka cinderung mengembangkannya
dan menjadi aliran yang baru, begitupun juga dengan penentang sebuah teori maka
mereka akan membuat teori antitesisyang kemudian juga menjadi aliran baru.
Dari sekian banyaknya aliran yang berkebang di eropa maka kami sebagai
kaum akademisi ingin mempelajari lebih jauh salah satu aliran tersebut yaitu
ideologi marxisme. Dalam pandangan masyarakat umum banyak sekali pendapat yang
mengatakan bahwa sosialisme, marxisme dan komunisme merupaka satu kesatuan yang
tak terpisahkan. Masyarakat indonesia yang telah tersakiti denagn adanya
pemberontaakan kaum komunis langsung saja menghakimi bahwa kominis itu
haram berada pada pikiran masyarakat indonesia, begitupunjuga denga
marxisme dan sosialisme yang dianggap sebagai cikal bakal kominisme.
Oleh sebab itu kami ingin memberikan sebuah konsep pemikiran yang berbeda dalam
memandang marxsisme dalam konteks ilmiah yang balance(seimbang). Sehingga dalam
mempelajari ilmu sosial kita akan benar–benar mendapat manfaat serta ilmu dalam
mengaembangkan ilmu sejarah pada kususnya serta mendapatkan bekal dalam
menjalani kehidupan yang kompleks dalam bermasyarakat secara utuh damai tentram
dan sejahtera.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan ada beberapa pokok permasalahan yang akan di ungkap
dalam makalah pengamatan ini yaitu:
1. Bagaimana proses lahirnya marxisme
2. Bagaimana masalah–masalah timbul akibat lahirnya
ideologi marxisme dalam masyarakat
1.3.
Tujuan Dan Manfaat Makalah
Dalam melakukan pembahasan permasalahan yang sesuai dengan judul makalah,
penulis mempunyai beberapa tujuan yang di harapkan dapat di capai dalam pengamatan
ini adalah untuk mengetahui :
1.
Konsep pemikiran yang
seimbang tentang marxisme.
2.
Perkembangan ideologi
dan tokoh-tokoh marxisme.
3.
Masalah-masalah yang
timbul dari teori marxisme.
Selain
tujuan, penulis juga mengharapkan dengan pengamatan dapat memberikan manfaat.
Adapun manfaatnya sebagai berikut :
1.
Menambah khasanah ilmu pengetahuan
2.
Memberikan wawasan
pengetahuan perkembangan ilmu sosial pada umumnya dan ilmu sejarah pada
khususnya
3.
Memberikan pemahaman
kepada penulis dan pembaca mengenai marxisme.
1.
Metode Pengamatan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, makalah ini diangkat dengan
menggunakan metode studi pustaka:
1. Studi pustaka
Sumber data yang di gunakan adalah sumber data tertulis yaitu buku-buku
referensi sesuai dengan judul penulisan yang kami peroleh dari buku-buku
tentang teori pengertian dalam judul penulisan ialah buku sosiologi dan buku
ilmu sosial lainnya untuk mempermudah dan membantu dalam penyajian teori dalam
penulisan makalah ini.
2. Internet
Sumber data yang di gunakan adalah sumber data tertulis dan gambar yaitu
teori-teori referensi yang sesuai dengan judul penulisan yang kami peroleh dari
halaman web tentang teori pengertian dalam judul penulisan ialah halaman web
tentang marxisme untuk mempermudah dan membantu dalam penyajian teori dalam
penulisan makalah ini. Dengan internet ini diharapkan penulis mendapatkan data
serta masalah yang dikaji tentang marxisme untuk menunjang penulisan makalah
ini.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian dan proses lahirnya
Marxisme
Marxisme adalah paham yang mengikuti pandangan-pandangan Karl Marx. Karl
Marx adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari
Prusia. Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling
terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan
kelas, yang dapat diringkas sebagai sejarah dari berbagai masyarakat hingga
saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas, sebagaimana
yang tertulis dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis. Ideology Marxisme
muncul dari kreativitas pemikir Karl Marx, yang sangat setia menjembatani teori
materialis dialektis
Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia
menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum
proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja
berjam-jam dengan upah minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh
kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan
kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya “kepemilikan
pribadi” dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk
mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti
dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum
proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Itulah dasar dari marxisme.[1]
Karl Marx, lahir di Trier Jerman, 5 Mei 1818 dan meninggal di London, 14
Maret 1883. Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia,
(sekarang di Jerman). Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun
cenderung seorang deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke
agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal, untuk
menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Keluarga
Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis
masa-masa awal Karl.(Wikipedia)
Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus
dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn
jurusan hukum pada tahun 1835 pada usia nya yang ke-17, dimana ia bergabung
dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan ia mendapat nilai
yang buruk. Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya
tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil
memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun
berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih
baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin. Di Berlin, minat Marx
beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang
dikenal sebagai Pemuda Hegelian. Sebagian dari mereka, yang disebut juga
sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang dipisahkan
dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik terhadap
politik dan agama mapan saat itu.
Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai tentang kehidupan,
menggunakan bahasa teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti The Deity namun ia juga menerapkan filosofi atheis dari Young Hegelian yang terkenal
di Berlin pada saat itu. Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan
tesis nya yang berjudul The Difference Between
the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke
Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian
radikal akan diterima dengan kesan buruk di Berlin.
Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakannya di
kalimat pembuka pada buku Communist Manifesto (1848): “ Sejarah dari berbagai
masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan
kelas”. Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan
komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme
radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat (kaum
paling bawah di negara Romawi).
Marxisme terlahir dari perlawanan dan perjuangan kelas buruh melawan sistem
kapitalis, dan juga mewujudkan obsesi kemenangan gerakan sosialis. itu adalah
dasar pijakan muncul gerakan ini, namun teori awal tujuan gerakan Marxisme
tidak sesuai dengan realita dan cita Marx sesungguahnya.
2.2 Dogmatisasi ideologi karl marx
Hampir semua buku yang membahas tentang pemikiran Marx lebih meletakannya
sebagai seorang ideolog dari pada memusatkan keseluruahan aktifitas terhadap
konsep lain yang pernah dilontarkan Karl Marx apalagi ketika ajaran Marx di
bakukan menjadi Marxisme oleh Friedrich Engels dan Karl Kautsky. Dalam
pembakuan ini ajaran Marx yang sebenarnya rumit adan sulit dimengerti di
sederhanakan agar cocok sebagai ideoloagi perjuangan kaum buruh. George Lucas
menegaskan bahwa adukan Engels dan Kautsky itu menyimpang dari apa yang
sebenarnya di maksudkan oleh Marx, pembakuan ini mencapai puncak ketika partai
komunis Rusia di bawah Lenin melakukan revolusi pada Oktober 1917 dan
mengkonstatir Marxisme Lenimisme sebagai ideologi resmi ajaran komunis.[2]
Pelembagaan pemikiran Marx menjadi ideologi tersebut pada akhirnya
menimbulkan kesalahan masyarakat atas dirinya bahkan tidak jarang mereduksi
makna sebenanrnya dari apa yang dilontarkan Marx. Pemikairan Marx kemudian
memunculkan pengikut yang dogmatis dan fanatik serta melahirkan bentuk
penolakan yang menaifkan atas pemikiran marx. Padahal Marx sendiri selalu
menginginkan kebebasan berfikir sebab itu dalam karya – karyanya Marx mengutuk
dogmatisme. Marx kemudian melihat teori – teorinya mengalami salah tafsir
sehingga dari kenyataan ini ia pernah mengucapkan pengakuan, ‘sepanjang yang
saya tahu, saya bukan seorang Marxis.’[3].
Kesalah pahaman ini telah menyebabkan pemikiran Marx di anggap penyakit
yang menakutkan semua orang. Sebagai sosok, Marx memiliki alur pemikiran
karakteristik dan khas yang membedakannya dengan filsuf lain. Pada diri Marx
melekat sejumlah atribut sebagai bapak dan guru Sosialisme moderen, ekonom dan
sosiolog. Karl Marx mampu mengubah cara berfikir manusia serta tindakan –
tindakannya. Bahkan sebagai sebuah ideologi parjuangan politis Marxisme
menyemangati sebagian besar gerakan buruh sejak akhir abad 19 sampai sekarang
yang mendasari kebanyakan gerakan kebebasan sosial.
Berdasar pengaruh pemikiran Marx atas filosof dan pemikir abad ke 20
dibidang pengetahuan serta paradigma Materialisme Dealektis yang dia
kembangkannya dari pemikairan Hegel, maka struktur dasar kansep pengetahuan
yang muncul pun selalu diletakan pada pemahaman atau asumsi Marx tentang dunia
ini. Paradigma Materialisme Dialektis disini lebih di maknai sebagai asumsi
awal Marx ketika ia mencoba menerjemahakan persepsi indra atas dunia dan benda
sebagai kenyataan yang pokok ( fundamental reality ). Kandungan dari hukum
dialektika itu sendiri tersusun dari tiga hal, secara singkat adalah:
Pertama: hukum perubahan (transformasi) kuantitas menjadi
kualitas dan vice versa).
Kedua: hukum penafsiran mengenai yang berlawanan
Ketiga: hukum negasi dari negasi
Ketiga-tiganya dikembangkan oleh Hegel dengan gaya idealisnya sebagai
sekedar hukum-hukum pikiran: yang pertama (dalam bagian pertama
karyanya Logic) dalam Doktrin mengenai Keberadaan (Being), kedua
(mengisi seluruh bagian kedua dan bagian yang paling penting dari Logic)
Doktrin mengenai Hakekat (Essence), dan akhirnya, yang ketiga merupakan
hukum fundamental bagi rancang-bangun seluruh sistem itu. Kesalahannya teori
Hegel menurut Marxis terletak pada kenyataan bahwa hukum-hukum itu disisipkan
pada alam dan sejarah sebagai hukum-hukum pikiran, mengembalikan kesemuanya
pada pikiran, simpelnya, Hegel berpandangan mengembalikan realitas (waqi’i)
pada pikiran, dan pikiranlah yang menciptakan realitas. Itu terjadi karena
Hegel adalah seorang idealis. Beda halnya dalam pandangan Marxis bahwasannya
gerak logika merupakan duplikat alam riil, bukan sebaliknya sebagai mana
pendapat Hegel. Oleh karenanya seorang materialis selalu berusaha mencari
penjelasan bukan hanya tentang ide-ide, melainkan juga tentang gejala-gejala
material itu sendiri, dalam hal sebab-sebab material. Dan ini adalah aspek yang
sangat penting dari Marxisme, yang secara tegas menolak metode-metode pemikiran
dan logika yang telah mapan dalam masyarakat idealis ( feer dengan kapitalis).
Kemudian Angels meletakkan teori-teori Marx dalam bingkai ilmu pengetahian
sains.
1. Hukum transformasi
dari kuantitas menuju kualitas dan vice versa.
Sebelum memasuki penjelasan hukum di atas, sebaiknya kita memahami terlebih
dahulu bahwa perubahan dalam marxis terbagi dalam dua bentuk, pertama:
perubahan irtiqoi, yaitu perubahan yang terjadi dikarenakan adanya
penambahan atau pengurangan kapasitas-kuantitas secara gradual pada sesuatu. Kedua:
perubahan stauri, yaitu peralihan dari perubahan kuantitas secara
gradual menuju perubahan kualitas dari sesuatu, atau dengan kata lain revolusi
bentuk ke bentuk lain yang baru, yang lebih sempurna. Dari penjelasan pembagian
tersebut bisa memberikan gambaran pada kita bahwa yang dimaksudkan perubahan
bentuk oleh Marxis adalah transformasi dari kuantitas menuju kualitas dan
kebalikannya. Dua model perubahan tersebut merupakan proses penting berkaitan
dengan teori evolusi materi, sosial, bahkan pemikiran ide.
Hukum ini menyatakan bahwa proses-proses perubahan gerak di alam semesta
tidaklah perlahan (gradual), dan juga tidak setara. Periode-periode perubahan
yang relatif gradual atau perubahan kecil selalu diselingi dengan
periode-periode perubahan yang sangat cepat –perubahan semacam ini tidak bisa
diukur dengan kuantitas, melainkan hanya bisa diukur dengan kualitas.
Penjelasan rinci yang dimaksudkan dalam teori revolusi kuantitas menjadi
kualitas adalah bahwa dalam materi dengan suatu cara yang secara tepat
ditetapkan untuk setiap kasus individual, perubahan-perubahan kualitatif hanya dapat
terjadi oleh penambahan kuantitatif atau pengurangan kuantitatif dari materi
atau gerak (yang dinamakan energi). Masing-masing materi yang kapasitas
kualitatifnya berbeda, berlandaskan pada perbedaan-perbedaan komposisi
(susunan) kimiawi atau pada kuantitas- kuantitas atau bentuk-bentuk gerak
(energi) yang berbeda-beda atau hampir pada kedua-duanya (kualitatif dan
kualitatif). Oleh karena itu tidak memunginkan mengadakan perubahan kualitas
suatu materi kecuali menambah/mengurangi materi atau gerak, yaitu tanpa
perubahan sesuatu yang bersangkutan itu secara kuantitatif.
Agak rumit memang memahami teori ini tanpa diiring contoh yang jelas.
Sebagai contoh temperatur suhu air, pertama-tama sesuatu yang tidak ada artinya
dalam hubungan likuiditasnya, betapapun dengan peningkatan atau pengurangan
suhu air cair (hanya perubahan kuantitatif), akan tetapi ada suatu titik di
mana keadaan kohesi ini berubah dan air itu diubah menjadi uap atau es
(perubahan ke kualititatif).
Bukan hanya saintis dialektika digunakan, namun Marxisme menggunakan teori
logika ini lebih luas lagi, perkembangan species pun menggunakan teori ini di
mata mereka, sampai-sampai teori ini menjadi motor dalam benak yang merubah
kondisi masyarakat dari sistem yang terbelakang (kacau balau) menuju sistem
sosialis, revolusionis. seperti peralihan dari sistem feodal menuju kapital,
dan dari kapitalis menuju sosialis.
2. Hukum
interpenetration of opposites
Teori hukum dialektika yang satu ini secara cukup sederhana bisa diartikan
bahwasannya proses-proses perubahan revolusi terjadi karena adanya
kontradiksi-kontradiksi (mutanaqidhot)– karena konflik-konflik yang
terjadi di antara elemen-elemen yang berbeda, yang melekat dalam semua proses
alam materi maupun sosial. Mungkin perlunya dipaparkan tentang yang maksud
kontradiktisi dalam pendangan Marxis terbagi menjadi tiga hal. Pertama: kontradiktif
dalam satu hukum. Istilah ilmu manthiq qodim di kenal dengan mani’atul
jam’i wal khulwi. Mustahil dua hal yang berlawanan sama-sama benar dan sama
bohong dalam satu tempat dan waktu. Oleh karena itu hanya satu dari
kontradiktisi itu yang dibenarkan, dan yang lain disalahkan (bohong). Saya
ateis dan saya juga bukan ateis. Kedua: kontradiksi internal, kontradiksi
terjadi antara satu komponen dengan komponen yang lain dalam satu perangkat
kesatuan. Lenin mancontohkan dengan kutub selatan dan utara pada gaya hukum
magnetik. Atau min-plus pada arus listrik. Ketiga: kontradiksi
eksternal. Maksudnya perbedaan antara sesuatu dengan yang lain memiliki
perbedaan hakekat. Esensi inti atau jauhar dalam istilah manthiq.
Seperti matahari dan tumbuhan. Dua bentuk kontradiksi di atas (internal dan
ekternal) memainkan peran yang sangat penting dalam perjalanan teori revolusi.
Tipe kedua dikatakan primer dan yang ketiga dikatakan sekunder.
Sebagai contoh dari hukum interpenetration of opposites adalah
energi elektromagnetik, menjadi bergerak akibat dorongan positif dan negatif
atas satu sama lain, eksistensi kutub utara dan kutub selatan. Hal-hal ini
tidak bisa eksis secara terpisah (sendiri-sendiri). Mereka eksis dan beroperasi
justru akibat kekuatan-kekuatan yang bertentangan satu sama lain (- dan +) yang
ada dalam sistem. Hal yang serupa bahwa setiap masyarakat saat ini terdiri atas
elemen-elemen berbeda yang bertentangan, yang bergabung bersama dalam satu
sistem, yang membuat mustahil bagi masyarakat apapun, di negeri manapun untuk
tetap stabil dan tak berubah. Metode dialektis hukum ke dua ini
mengidentifikasi (mengenali) kontradiksi-kontradiksi ini dan dengan demikian
berarti mempelajari serta menyingkap secara mendalam perubahan internal yang
sedang terjadi. Beda halnya dengan hukum pertama yang menyingkap tentang
rahasia peralihan kualitatif pada sesuatu.
3. Hukum negasi dari
negasi.
‘Negasi’ dalam hal ini secara sederhana berarti gugurnya sesuatu, kematian
suatu benda karena ia bertransformasi (berubah) menjadi benda yang lain.
Sebagai contoh, perkembangan masyarakat kelas dalam sejarah kemanusiaan
menunjukkan negasi (gugurnya) masyarakat sebelumnya yang tanpa-kelas. Jadi,
hukum negasi dari negasi secara sederhana menyatakan bahwa seiring munculnya
suatu sistem (menjadi ada/eksis) baru, maka ia akan memaksa sistem lainnya yang
lama untuk sirna (mati) digantikan oleh sistem yang baru tersebut. Tetapi, ini
bukan berarti bahwa sistem yang kedua (yang baru) ini bersifat permanen atau
tak bisa berubah. Sistem yang kedua itu sendiri, menjadi ter-negasi-kan akibat
perkembangan-perkembangan lebih lanjut dan proses-proses perubahan dalam
masyarakat. Karena masyarakat kelas telah menjadi negasi dari masyarakat
tanpa-kelas, negasi dari negasi. Bisa di katakan bahwa hukum negasi dari negasi
dihasilhan sebagai solusi dari baberapa hal yang berlawanan dan bertentangan,
urgensi pentingnya hukum ini adalah mampu menciptakan dan menafsirkan perubahan
bentuk ke yang lebih baik, dan bentuk inipun tidak menutup kemungkina akan
berubah.
Tiga hukum dialektika ini telah memberikan pengaruh besar pada gerakan
Marxisme dan kemudian menjelma dalam cakupan besar, skala negara, untuk
dijadikan landasan dalam keputusan publik.
Materialisme pada dasarnya merupakan bentuk yang paling radikal dari paham
Naturalisme. Sebagaimana diketahui, Naturalisme adalah teori yang menerima
natura (alam) seagai keseluruhan realitas. Istailah natura telah di pakai dalam
filsafat dengan bermacam-macam arti. Dari dunia fisika yang dapat dilihat oleh
manuisa sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah
dunia yang di ungkapkan kepada kita oleh sains alam[4].
Menurut Wiliam R.Dennes, seorang penganut Naturalisme, ketika Naturalisme
modern berpendirian bahwa apa yang di namakan kenyataan pasti bersifat
kealaman, maka kategori pokok untuk memberikan keterangan mengenai kenyataan
adalah kejadian. Kejadian – kejadian dalam ruang dan waktu ,merupaan satuan –
satuan penyusun kenyataan yang ada, dan senantiasa dapat di alami manusia.
Satuan –satuan semacam itulah yang merupakan satu-satunya penyusun dasar bagi
segenap hal yang ada[5].
Materialisme adalah suatu istilah sempit, tetapi radikal dan merupakan
bentuk Naturalisme yang lebih terbatas. Materialisme pada umunya mengatakan
bahwa didunia ini tidak ada selain materi, atau bahwa natur (alam) dan dunia
fisik adalah satu-asatunya kenyataan sebagai materi.
Istilah materialisme dapat didefinisiaaakan dengan beberapa cara : pertama,
materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi sendiri dan yang
bergerak merupakan unsur – unsur yang berbentuk alam dan bahwa akal serta
kesadaran (consciousnes) termasuk di dalamnya segala proses phisikal meruapakan
mode materi tersebut dan dapat di sederhanakan menjadi unsur–unsur fisik;
kedua, bahwa doktrin alam semesta dapat ditafsirkan seluruhnya dengan sains
fisik.[6]
Alam (universe) itu merupakan kesatuan material yang tidak terbatas ; alam,
termasuk didalamnya segala materi dan energi (gerak atau tenaga) selalu ada dan
tetap ada, dan alam adalah realitas yang keras, dapat di sentuh, material,
objektif dan dapat diketahui oleh manusia. Materialsme modern mengatakan bahwa
materi ada sebelum jiwa (mind) dan di dunia material adalah yang pertama,
sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah nomor dua[7].
Dalam arti sempit, materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa semua
bentuk dapat diterangkan menurut hukum yang mengatur materi dan gerak.
Materialisme berpendapat bahwa semua kejadian dan kondisi adalah akibat lazim
dari kejadian-kejadian dan kondisi-kondisi sebelumnya. Benda-benda organik atau
bentuk-bentuk yang lebih tinggi dalam alam hanya merupakan bentuk yang lebih
kompleks daripada bentuk anorganik atau bentuk yang lebih rendah. Bentuk yag
lebih tinggi tidak mengandung materi atau energi baru dan prinsip sains fisik
adalah cukup untuk merenungkan segala yang terjadi atau yang ada. Semua proses
alam dapat, baik organik atau inorganik telah dipastikan dapat diramalkan jika
segala fakta tentang kondisi sebelumnya dapat diketahui[8].
Dengan demikian, Materialisme selalu memberikan titik tekan bahwa materi
merupakan ukuran segalanya, melalui paradigma materi ini segala kejadian dapat
diterangkan. Artinya, segala kejadian sebagai kategori pokok untuk memahami
kenyataan sesungguhnya dapat dijelaskan melalui kaidah hukum-hukum fisik.
Keseluruhan perubahan dan kejadian dapat dijelaskan melalui prinsip- prinsip
sains alam semata-mata, karena kenyataan sesungguhnya bersifat materi dan harus
dijelaskan dalam ‘frame’ material juga. Sedangklan satu-satunya dunia yang
diketahui atau dapat diketahui adalah dunia yang sampai pada kita melalui
indra.
Sedangkan istilah Dialektika –pada dasarnya- bukanlah merupakan terminologi
baru dalam filsafat. Bila ditelusuri lebih jauh, pengertian ini telah
terkandung dalam filsafat Herkleitos (500 SM) yang mendasarkan filsafatnya pada
‘pertentangan-pertentangan’, dan pertentangan adalah arti umum dan awal dari
dialektika. Sokrates kemudian juga menggunakan dialektika sebagai metode untuk
memperoleh pengetahuan melalui cara-cara dialog, mempertanyakan dan kemudian
membantah jawaban yang diperoleh untuk memperoleh kepastian pengetahuan.
Isilah dialektika ini kemudian terlembaga pada filsafat Hegel (1770-1831),
yang merumuskan dialektika sebagai teori tentang persatuan hal-hal yang
berentangan[9]. dunia menurut Hegel
selalu berada dalam proses perkambangan. Proses perkembangan tersebut bersifat Dialektik,
artinya, perubahan-perubahan itu berlangsung dengan melalui tahapan afimasi
atau tesis, pengingkaran atau anti tesis dan ahirnya sampai kepada antegrasi
atau sintesis[10]
Untuk lebih jelas nya, asal-usul kata dialektika ini dijumpai dalam tulisan
Lakhot (1995: 11):
‘Ddialectics –from
Greek ‘dialego’-to convers, dispute. In antiquity it meant the art of arriving
at the truth by discovering contradiction is the arguments of an oppenent and
overcomingthem. Later it come to be applied to a method of apprehending
reality’.
Dialektika berasal dari yunani ‘dialego’ yang artinya pembalikan,
perbantahan. Di dalam pengertian lama, dialektika bermakna sebagai seni
pencapaian kebenaran melalui cara perentangan dalam perdebatan dalam suatu
perdebatan nya dari satu pertentengan berikutnya. Selanjutnya dialektika
dipergunakan untuk suatu metode dalam memahami kenyataan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berfikir dealiktis salah satu
aspeknya adalah memahami kenyataan sebagai totalitas, dalam artian bahwa keseluruhan
yang ada didalamnya memiliki unsur-unsur yang saling bernegasi (mengingkari dan
di ingakari), saling berkontradiksi (melawan dan dilawan), dan saling
bermediasi (memperanatari dan diperantarai). Pemahaman ini mengisyaratkan suatu
dalil bahwa kehidupan yang nyata ini saling berkontradiksi, bernegasi, dan
bermediasi[11].
Secara ringkas dialektika memandang apapun yang ada sebagai kesatuan dari
apa yang berlawanan sebagai perkembangan melalui langkah-langkah yang saling
berlawanan, sebagai “hasil dari”, dan “unsur dalam”, sebuah proses yang maju
melalui negasi atau paenyangkalan. Kakhasan negasi itu adalah apa yang
dinegasikan tidak dihancurkan atau ditiadakan melainkan ayang disangkal
hanyalah segi yang salah (yang membuat pernyataan itu salah), tetapi kebenaranya
tetap diangkat dan dipertahankan.
Pola penyangkalan
dialektis ini oleh Hegel dinamakan sebagai “aufheben” yang mempunyai tiga arti
: “menyangkal atau membatalkan“ , “menyimpan” , “mengangkat”. Dalam gerak
negasi ketiganya selalu hadir tetapi tidak dalam kerangka triadik, sebagaimana
selalu dipahami orang, meski hegel tidak pernah menggunakanya, yaitu: tesis,
antitesis, dan sintesis, melainkan dual yaitu yang sberstruktur dua .
Dalam konteks ini Marx dan juga Engels-menerima prinsip dialektik tersebut,
tetapi ia menolak prinsip ontologis dari dialektika Hegel, menurut Marx adalah
karena Hegel menyajikanya dalam bentuk mistik[12].
Sebagai mana diketahui, Hegel dan juga kaum idealisme lainya, mengkonstatir
sesuatu pemahaman bahwa alam merupakan hasil ruh (absolut), sehinga dialektika
yang muncul adalah dialektika idea. Artimya, dialektiaka -dengan demikian-hanya
terjadi dan dapat diterapkan dalam dunia abstrak, yaitu ide atau pikiran
manusia.
Prinsip dialektika Hegel dan kaum idealis ini ditolak oleh Marx. Bagi Marx,
segala sesuatu yang bersifat rohani merupakan hasil materi, sehingga dialektika
yang dia kembangkan adalah dialektika materi. Bahwa dialektika terjadi di
dunia nyata bukan di dunia materi sebagaimanayang dikonstatir Hegel.
Karena itulah, filsafat Karl Marx disebut dengan ‘materialisme dialektik’ (dialectical
materialism) (K. Bertens, 1981: 80). Proses dialektika adalah suatu fakta
empiris, manusia mengetahuinya dari penyelidikan tentang alam, dikuatkan oleh
pengetahuan yang lebih lanjut tentang hubungan sebab musabab yang dibawakan
oleh ahli sejarah sains.
Penyebutan filsafat Marx dengan materialisme dialektik-dengan
demikian-terletak pada asumsi dasar yang mengatakan bahwa benda merupakan suatu
kenyataan pokok (fundamental reality) yang selalu terjadi dalam suatu
prses perubahan dan pertentangan di dalamnya. Perubahan dalam pertentangan
tersebut terjadi dalam dunia nyata yang dapat diamati indra. Apa yang
terjadi dalam dunia nyata berpengaruh secara signifikan ke dalam konstruksi
kesadaran manusia. Menurut Marx dan Engels (1947: 12-14), bukanlah kesadaran
manusia yang menentukan adanya mereka, tetapi sebaliknya, penghidupan sosial
mereka yang menentukan kesadaranya.
Filsafat materialisme berpagang teguh pada pendapat bahwa kenyataaan
itu benar-benar ada secara obyektif, tidak saja berada dalam ide-ide kesadaran
manusia (man’s consciousness) Andi Muawiyah Ramli, 2000; 17).Konsekuensi
logisnya adalah pengetahuan tentang realitas tidak dapat ipuisahkan dari
kesadaran manusia. Bahkan materialisme mengakui bahwa kenyataan benda berada
diluar persepsi kita tentangnya, sehingga kenyataan objektif adalah penentu
terakhir terhadap ide.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa material dealektis selalu bertitik
tolak dari materi sebagai satu-satunya kenyataan. Karl marx mengartikan
materialisma dialektik sebagai keseluruhan proses perubahan yang terjadi
terus-menerus tanpa ada yang mengantarai. Dari prose perubahan tersebut
memunculkan suatu keadaan akibat adanya pertentangan-pertentangan. Materi yang
dimaksud menjadi sumber keberadaan benda-benda alamiah tersebut, sehingga
senantiasa bergerak dan berubah tanpa henti-hentinya.setiap proses perkembangan
terjadi dalam “koridor” dialektis melalui pertentangan-pertentangan di
dalamnya.
Para Materialisme Marxis berupaya keras untuk menemukan dalil logika, guna
memperkuat pemahaman yang menjelaskan kenyataan bahwa benda-benda, kehidupan,
dan masyarakat, berada dalam keadaan bergerak dan perubahan yang konstan. Dan
bentuk logika itu, tentu saja adalah dialektika. Dalam istilah Marx, dialektika
diartikan sebagai ilmu hukum pergerakan, baik di alam realitas empiris, ataupun
dalam ide pikiran manusiawi. Bisa diartikan dialektika secara sederhana adalah
logika gerak, atau logika pemahaman umum dari para aktivis dalam gerakan.
2.3 Masalah masalah marxisme
Dalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel. Bahkan sampai saat ini pun kalangan Marxis masih
menggunakan terminologi Hegel. Ada baiknya jika di sini disebutkan satu persatu ide
Hegelianisme yang juga menjadi isi penting dari Marxisme:
·
Pertama, realitas
bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses sejarah yang terus berlangsung.
·
Kedua, karena realitas
merupakan suatu proses sejarah yang terus berlangsung, kunci untuk memahami
realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.
·
Ketiga, perubahan
sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum yang dapat
ditemukan.
·
Keempat, hukum
perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan triadik yang terus berulang
antara tesis, antitesis, dan sintesis.
·
Kelima, yang membuat
hukum ini terus bekerja adalah alienasi-yang menjamin bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya
akan dibawa menuju sebuah akhir akibat kontradiksi-kontradiksi dalam dirinya.
·
Keenam, proses itu
berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena hukum-hukum internalnya sendiri,
sementara manusia hanya terbawa arus bersama dengannya.
·
Ketujuh, proses itu
akan terus berlangsung samapi tercapai suatu situasi, di mana semua kontradiksi
internal sudah terselesaikan.
·
Kedelapan, ketika
situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak lagi terbawa arus oleh
kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar kendali mereka. Akan tetapi, untuk
pertama kalinya manusia akan mampu menentukan jalan hidup mereka sendiri dan
tentunya mereka sendiri akan menjadi penentu perubahan.
·
Kesembilan, pada saat
inilah untuk pertama kalinya manusia dimungkinkan untuk memperolah kebebasannya
dan pemenuhan diri.
·
Kesepuluh, bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan pemenuhan diri itu
bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah atas individu-individu yang berdiri sendiri seperti dibayangkan oleh orang liberal. Akan tetapi, merupakan sebuah masayrakat organik, di
mana individu-individu terserap ke dalam suatu totalitas yang lebih besar,
sehingga lebih mungkin memberi pemenuhan daripada kehidupan mereka yang
terpisah-pisah.
Dari kesepuluh kesamaan tersebut, kuantitas materil yang semakin kompleks
bisa berubah menjadi suatu kualitas baru. Jadi, marxisme telah menambah
beberapa unsur baru pada materialisme atomistis-mekanistis, khususnya bahwa evolusi diarahkan oleh semacam hukum imanen. Dengan demikian, menurut marxisme, materi
dalam alam semesta telah berhasil menyusun kehidupan dan bahkan menghasilkan
manusia sebagai perwujudan tertinggi dari materi.
Pelembagaan pemikiran Marx menjadi ideologi tersebut pada akhirnya
menimbulkan kesalahan masyarakat atas dirinya bahkan tidak jarang mereduksi
makna sebenanrnya dari apa yang dilontarkan Marx. Pemikairan Marx kemudian
memunculkan pengikut yang dokmatis dan fanatik serta melahirkan bentuk
penolakan yang meknaifkan atas pemikiran marx. Padahal Marx sendiri selalu
menginginkan kebebasan berfikir sebab itu dalam karya – karyanya Marx mengutuk
dokmatisme. Marx kemudian melihat teori – teorinya mengalami salah tafsir
sehingga dari kenyataan ini ia pernah mengucapkan pengakuan, ‘sepanjanga yang
saya tahu, saya bukan seorang Marxis[13].
Ketika ajaran Marx di bakukan menjadi Marxisme oleh Friedrich Engels dan
Karl Kautsky. Dalam pembakuan ini ajaran Marx yang sebenarnya rumit adan sulit
dimengerti di sederhanakan agar cocok sebagai ideoloagi perjuangan kaum buruh.
George Lucas menegaskan bahwa adukan Engels dan Kautsky itu menyimpang dari apa
yang sebenarnya di maksudkan oleh Marx lebih jauh lagi maka banyak kalangan
yang menganggap Marxis adalah komunisme dngan sistem sosialisnya, memang hal
ini tidak sepenuhnya salah tapi juga tidak sepenuhnya benar. Hal ini
mencapai puncak ketika partai komunis Rusia di bawah Lenin melakukan revolusi
pada Oktober 1917 dan mengkonstatir Marxisme Lenimisme sebagai ideologi resmi
ajaran komunis. Ideologi iniberkembang dengan sangat pesat di uni sovyet yang mana
sepeninggal lenin tampuk kepempinan di ambil alih oleh stalin.(Syamdani,
2009:113)
Pergerakan ideologi berkebang peast di daerah asia timur dan asia tenggara
yan mana telah diketahui bahwa korea dan china serta kamboja adalh tempat
tumbuh suburnya faham ini. Melalui sistem pemerintahan yang gagal inilah maka
banyak rakyat yang melakukan perlawanan tehaadap pemeintah jkomunis di
tiap-tiap negara yang disebabkan oleh tingginya angka korupsi dan desakan dari
aliran liberalisme yang merupakan musuh utama dari komunisme.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Lahirnya marxisme
Karl Marx lahir di Trier, berusia, 5 Mei 1818. ayahnya, seorang pengacara,
menafkai keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang
tuanya adalah dari pendeta yahudi (rabbi). Tetapi, karena alasan isnis ayahnya
menjadi penganut ajaran Luther ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841
Marx menerima gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, Universitas yang
sangat di pengaruhi oleh Hegel dan guru – guru muda penganut filsafat Hegel.
Gelar doktor Marx di dapat dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian
itu mendahului berbagai gagasannya yang muncul kemudian.
Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal dan
dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena
pendirian politiknya, koran itu kemudian di tutup pemerintah. Esai – esai awal
yang di terbitkan dalam periode mulai mencerminkan sebuah pendirian yang
membimbing Marx sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas di
taburi prinsip-prinsip demokrasi , ia menolak keabstrakat filsafat hegelian,
mimpi naif komunis utopia yang ia anggap sebagai tindakan politik prematur.
Dalam menolak gagasn ini Marx meletakkan landasan bagi gagasan hidup sendiri.
Itulah awal mula pola pikir Marx yang cenderung kritis sehingga meimbulkan
keresahan-keresahan pada kaum elit yang mana pemikiran seperti itu sangat
berbahaya bila di biarkan. Marx yang mulai muda sudah membenci dan menentang
hegemonitas elitis yang di usung oleh kaum kapitalis berusaha untuk selalu
berfikir kntradiksi sebagai anti tesis terhadap kapitalisme. Marx berjuang
untuk kepentingan masyarakat pada tingkat bawah yang mana sebagian besar
merupakan kaum buruh dengan pendapatan minim dan kehidupan yang sederhana.
Menurut Marx hal seperti ini adalah salah karena pada dasarnya manusia hidup
memiliki hak yang sama sehingga tidak boleh ada kaum superior dan inferior.
Sebagai penganut ideologi Naturalis yang seperti di anut Hegel maka Marx berusaha
untuk menyempurnakan pendapat atau teori Hegel yang mana menurut Marx, hegel
selalu berkutat pada idealis dan tidak abstrak maka kemudian marx mengkritisi
teori Hegel agar menjadi materialis dan nyata. Dari sinilah Marx berusaha untuk
mengembangkan teori materialis sebelumya menjadi teori materialis dialektis.
Yang mana dari setiap permasalahan membutuhkan pendukung(tesis), penentang(anti
tesis) dan kesimpulan(sintesis).
Pada 1843 ia terpaksa meninggalkan jerman untuk dapat suasana yang lebih
liberal di Paris. Di Paris ia bergulat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya,
tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan baru – sosialisme Prancis dan
politik Ekonomi Inggris. Dengan cara yang unik dia menggabungkan hegelian,
sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentukan orientasi
intelektualnya. Hal yang sangat penting pula adalah pertemuannya dengan orang
yang kemudian menjadi teman seumur hidupnya, donatur dan kolaboratornya yakni Fredrich Engels. Engels anak pengusaha
pabrik tekstil menjadi seorang sosialis yang mengkritik kondisi kehidupan yang
di hadapi kelas buruh. Banyak di antara rasa kasihan Marx kesengsaraan kelas
buruh berasal dari paparannya kepada Engels dan gagasannya sendiri. Tahun 1844
Marx dan Engels mengadakan diskusi panjang di sebuah Café terkenal di Paris dan
meletakkan landasan kerja untuk bersahabat seumur hidup. Mengenai diskusi itu
Engels berkata ”kesepakatan lengkap kami dalam dalam semua bidang teori menjadi
nyata….dan perjanjian kerja sama kami mulai sejak itu” di tahun berikutnya
Engels menerbitkan karya the condition Of The Working Class in England. Selama
periode itu Marx menerbitkan sejumlah karya yang sangat sukar di pahami
(kebenyakan belum di terbitkan semasa hidupnya) termasuk the Holy Family dan
The German ideology (di tulis bersama Engels)dan ia pun menulis the economic
and philosophic manuscripts 1844 yang menandakan perhatian Karl Marx terhadap bidang ekonomi semakin meningkat. Dia berharap
dari hasil karyanya bissa merubah paradigma mayarakat terutama kaum penguasa untuk
menerapkan teori ekonominya. Yang mana selama ini penguasa selalu menerapkan
teori kapitalis yang dianggap marx sebagai sebuah system yang salah karena
cenderung menguntungkan kaum elit an merugikan kaum buruh. Marx selalu
mengkritisi stiap kebijakan yang dianggap manifestasi kepentingan elitis dalam
koridor goverment polcy. Oleh sebab itu dalam setiap karya Marx beliau
cenderung menolak bahkan mengutuk hegemonitas, karena Marx melihat kesenjangan
sosial yang sangat luas antara elitis dengan kaum buruh.
Marx dan Engels mempunya orientasi teoritis yang sama, namun ada juga
beberapa perbedaan di antara mereka. Marx cenderung menjadi seorang intelektual
teoritis yang kurang teratur dan sangat berorientasi kepada keluarga. Engels
adalah pemikir praktis, rapi dan pengusaha teratur dan orang yang tak percaya
pada lembaga keluarga. Meski mereka berbeda, Marx dan Engels menempa kerja sama yang akrab sehingga mereka
berkolabirasi menulis buku dan artikel dan bekerja sama dalam organisasi
radikal, dan bahka Engels membantu membiayai Marx selama sisa hidupnya sehingga
memungkinkan Marx mencurahklan perhatiannya pada kegiatan intelektual dan
politiknya.
Karena beberapa tulisannya telah menggangu pemerintahan prusia, pemerintah
perancis (atas permohonan prusia) mengusir Marx tahun 1845 dan karenanya Marx
pindah ke Brussel. Radikelismenya meningkat, dan ia menjadi anggota aktif di
bidang gerakan revolusioner internasional. Ia pun bergabung dengan liga komunis
dan bersama Engels diminta menulis anggaran dasar liga itu, hasilnya adalah Manifesto Comunis 1848, sebuah karya
besar yang di tandai oleh slogan-slogan politik yang termasyur dan mampu
menginspirasi kaum buruh (misalnya ‘kaum buruh seluruh dunia bersatulah’!!).
dari sinilah awal mula propaganda kaum buruh (proletariat) dalam menginspirasi
seluruh kaum buruh didunia untuk melawan hegemonitas dan menggunakan system
ekonomi komunisme yang mereka anggap sebagai system terbaik bagi seluruh
masyarakat.
Tahun 1849 ia pindah ke london dan, mengingat kegagalan revolusi politik
tahun 1848, ia menarik diri dari aktivitas revolusioner dan beralih ke kegiatan
riset yang lebih rinci tentang peran sistem kapitalis. Study ini akhirnya
menghasilkan tiga jilid buku “das kapital”. Jilid pertama di terbitkan tahun
1867; kedua jilid yang lainya di terbitkan sesudah ia meninggal. dari
mempelajari secara mendalam system kapitalis marx memperoleh kesimpulan bahwa
system ini cenderung menguntungkan kaum elit. Selain itu banyak sekali
penyimpangan antara teori dengan implementasi pelaksanaanya, yang mana semua
kebijakan selalu dibuat untuk kepentingan industrialisasi yang pada akhirnya
selalu merugikan kaum buruh. Selama riset dan menulis itu ia hidup dalam
kemiskinan, membiayai hidupnya secara sederhana dari honorarium tulisannya dan bantuan
dana dari Engels. Tahun 1864 Marx
terlibat kembali dalam kegiatan politik, bergabung dengan ‘The Internasional’,
sebuah gerakan buruh internasional. Ia segera menonjol dalam gerakan itu dan
mencurahkan perhatian selama beberapa tahun untuk gerakan itu. Ia mulai
mendapat popularitas, baik sebagai pimpinan internasional maupun sebagai
penulis das kapital. Perpecahan gerakan internasional tahun 1876, kegagalan
dari berbagai gerakan revolusioner dan penyakit – penyakit, akhirnya membuat
Marx ambruk. Istrinya wafat tahun 1881 dan anak perempuannya tahun 1882 dan
Marx sendiri wafat di tahun 1883.
Setelah kematian Marx yang mengembangkan pemikiranya adalah kolega
sekaligus rekan seperjuanganya yaitu Engels. Untuk mengembangkan pemikiranMarx
yang sangat sulit dan rumit ia mendapat dukungan dari tokoh gerakan buruh
internasional yang bernama Kautsky.
Buah fikir antara
engels dan kaustky yang mencoba menyederhanakan pemikiran Marx pada akhirnya
merupakan titik awal dari lahirnya ideologi Marxisme. Penyederhanaan ini
dimaksudkan untuk mendukung gerakan perjuangan yang dilaklukan oleh kaum buruh
yang tergabung dalam “The Internasional”.
Agenda fislafat Marxisme sebenarnya sudah dimulai untuk dijadikan sebuah
ideologi oleh Engels semenjak Marx masih hidup, akan tetapi Marx tidak setuju
karena pada dasarnya Marx selalu menentang dogmatisme.
Sedemikian besar pengaruh pemikiran Marx dalam sejarah umat manusia, maka
tidak berlbihan kjalau dia dimasukkan sebagai salah satu filsuf, sosiolog, dan
ahli ekonomi terkemuka. Karena dia mampu mengubah cara berfikir manusia
sekaligus mengubah cara manusia dalam bertindak. Bahkan sebagai sebuah ideologi
perjuangan politis teori-teoiri Marx mampu menyemangati sebagian kegiatan buruh
yang mendasari kebanyakan gerakan pembebasan sosial.
Pemikiran Marx pada dasarnya tidak hanya berkutat pada persoalan politis
ideologis perjuangan kaum buruh (sebagai ideologi perjuangan), tetapi menyebar
luas kedalam struktur kognisi masyarakat dalam pembentukan teori-teori
pengetahuan.
3.2.
Masalah-masalah yang timbul akibat ideologi marxisme
dalam masyarakat
a.
Bidang Politik
Dalam dunia poltik Ideologi sangat memainkan peranan penting karena inilah
ranah ideologi sebenarnya.Dalam politik dasar dari segala kebijakan berawal
dari Ideologi apa yang dipakai atau dianut oleh penguasa tersebut.. Dan setiap
kebijakan juga akan bersumber dari ideologi karena merupakan dari sumber dari
segala hukum .
Secara umum marxisme selalu menentang hegemoni elitis yang kurang berpihak
kepada kaum buruh (masyarakat kecil) dimana kebijakanya cenderung tidak
populer. Oleh sebab itu utnuk mengakomodir kepentingan, pemikiran, dan aspirasi
mereka maka dibentuklah sebuah organisasi yang dinamakan “The International”.
Dimana yang dijadikan landasan berfikir dan bertindak adalah teori Marx yang
tertuang dalam karya “Manifesto Comunist”. Dalam memperjuangkan pemikiran
mereka maka organisasi ini tidak sungkan untuk melakukan anarkisme.
Jelas ini merupakan perlawanan nyata
terhadap keamanan nasional serta stabilitas negara sehingga negara (pemerintah)
cenderung mengharamkan ideologi Marxisme dinegaranya. Bahkan anarkisme bagi
mereka dianggap sebagai bentuk pejuangan dengan propaganda revolusi, dalam
catatan sejarah menunjukan bahwa pemindahan kekuasaan di Rusia terjadi dengan
proses anarkisme yaitu dengan membunuh keluarga Rosmanov penguasa yang
beraliran kapitalis. Revolusi ini di prakarsai oleh Lenin yang merupakan
pengikut Marxis ortodok. Dalam perjalananya Lenin menciptakan ideologi politik
baru yang disebut Marxisme Leninisme yang mana pada dasarnya sama juga dengan
penguasa lainya yang ingin mengukuhkan kekuasaanya. Padahal hal ini jelas
bertentangan dengan inti pemikiran Marx yang menentang hegemoni.
Dalam penjabara tentang metode materialis dialekti yang di pakai oleh Marx
selalu berusaha untuk memberikan konsep nyata terhadap kapitalis yang ia
kritisi. Dengan jelas Marx berusaha mengkritisi tata birokrasi kapitais yang di
kuasai oleh elit dengan komposisi Trias Politica yang di kembangkan oleh Weber,
dimana tata birokrasi di isi oleh Eksekutif, Yudikatif dan Legislatif. Dengan
masing-masing memiliki tugas dan saling berkaitan dalam proses check and
balance. Iniah yang dikritisi oleh Marx bahwa dalam perjalanannya hal ini
ternyata berbeda dengan aplikasinya. Marx erpendapat bahwa Trias Politica tetap
di pertahankan namun orang- orang yang duduk di dalamnya harus yang kompeten
dan berpihak pada rakyat kecil atau kaum proletar, karena dalam setiap bangsa
kaum proletar cenderung lebih besar sehingga bila hal ini terjadi maka ekonomi
negara akan baik karena pilar utama negara yaitu rakyatya sudah memiliki
kesetaraan dalam konteks kesejahteraan
b.
Bidang Ekonomi
Sekitar abad 18 sistem ekonomi yang berkembang di eropa sebagian besar
menganut sistem ekonomi kapitalis dengan metode industrialisasi. Dimana semua
usaha bergantung penuh terhadap permodalan sehingga menimnbulkan munculnya
pihak swasta yang di kuasai oleh kaum elit. Sedangkan masyarakat kecil
merupakan pekerja (buruh) dengan pendapatan yang sangat kecil.
Dengan kebijakan pemerintah yang berubah dari negara agraris mejadi negara
industri maka semua usaha untuk mendirikan industri oleh pemerintah di
permudah. Swasta yang menjadi tulang punggung negara dalam meningkatkan ekonomi
menjadi anak emas pda masa itu sehingga semua kebijakan negara banyak
menguntungkan mereka. Pandangan ekonomi swasta adalah mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya sangat merugikan kaum buruh karena mereka berusaha untuk
mengeluarkan biaya produksi sekecil-kecilnya. Untuk melindungi kepentingan inilah
maka pemerintah mengeluarkan kebijakan atau undang-undang perburuhan yang
merugikan kaum buruh.
Berangkat dari fenomena ini maka Karl Marx berkeinginan untuk merubah
pranata yang ada agar semua manusia memiliki hak yang sama dan tidak ada kaum
inferior. Melalui teori-teorinya Marx degan lantang menentang hegemonotas
elitis yang kurang tepat. Dalam karya “Das Kapitalis” jelas-jelas Marx
mengkritisi kekurangan sistem ini dengan menawarkan sebuah sistem baru yang
lebih berpihak kepada masyarakat kecil yang dinamakan sistem ekonomi komunis,
ini merupakan anti tesis kapitalis.
Dengan sistem ini Marx berpendapat bahwa ekonomi negara akan kuat apabila
di dukung oleh ekonomi masyarakat yang kuat pula. Pada masa itu cenderung yang
memiliki ekonomi mapan adalah kaum elit sehingga menurut pemikiran Marx sistem
ekonomi seperti itu akan mudah runtuh. Akan tetapi sistem ekonomi komunis yang
di anut oleh lenin dari Rusia kemudian dimodifikasi untuk kepentingan sendiri
menjadi lebih buruk karena banyak terjadi korupsi oleh elit pemerintahan Lenin.
Apabila konsep pemikiran Marx dalam bidang ekonomi dengan jargon persamaan
hak dalam ekonomi bisa terwujud maka dapat di pastikan sistem ekonomi model ini
akan lebih kuat jika dibandingkan dengan sistem kapitalis karena daya beli
masyarakat akan tetap terjaga. Secara otomatis maka proses industrialisasi akan
berjalan lancar sehingga negara benar-benar mejadi tempat yang tepat untuk
bernaung.
c.
Sosial budaya
Secara garis besar pemikiran Karl Marx berisi tentang persamaan dan pemerataan
baik dalam bidang ekonomi politik maupun sosial budaya. Apabila knsep ekonomi
dan politik sudah tertata maka dengan sendirinya hal ini akan berpengaruh
terhadap sosial budaya masyarakat. Karena bila mindset masyarakat sudah berubah
untuk mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi maka ide
masyarakat madani pasti akan terwujud.
Dari teori-teori Marx maka dapat di pastikan bahwa isu tentang separatis,
suku, ras, dan agama akan hilang dengan sendirinya karena sikap ini sebenarnya
timbul karena diskriminasi tehadap konsep tertentu serta bangsa atau ras
tertentu yang mana terdapat konsep superior (enguasai) dan inferior (di
kuasai). Secara asasi manusia tidak ada yang ingin menjadi inferior karena pada
dasarnya manusia memiliki hak hidup yang sama dan inilah yang menimbukan
pergolakan baik dalam diri maupun ke lingkungannya.Apabila masyarakat semua
memiliki hak yang sama dalam berekspresi maka issu itu akan terhapuskan.
Konsep kapitalis yag cenderung menggunakan tekhnolgi dalam mencapai angan-
angan mereka dalam mengelola usaha maka ini berpengaruh juga terhadap nilai-
nilai kearifan lokal yang ada dalam suatu daaerah karena semua yang
konvensional atau klasik di anggap tidak modern dan harus di tinggalkan.
Kearifan lokal yang telah membentuk peradaban manusia dalam pranata yang baik
mencoba untuk di serang dengan menerapkan konsep yang baru yang mana kadang –
kadang belawanan dngan pranata yang sudah ada. Inilah yang ingin di kritisi
oleh marx karena pada dasarnya tiap orang memiliki hak yang sama untuk mengatur
hidup mereka keluarga serta kelompoknya dengan norma yang telah mereka
sepakati. Oleh sebab itu negara sebagai pengayom haruslah melindugi hal semacam
ini bukan malah sebaliknya yag berusaha untuk mensentralkan semua konsep negara
untuk rakyat yang hanya meguntungkan elitis saja.
Konsep kapitalis yang cenderung membentuk manusia menjadi individualis
menurut Marx hal ini sangat bertentangan dengan kodrat manusia sebagai makhluk
sosial. Manusia memang memiliki rasa individualis tapi dalam konteks makro yang
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak harus dilindungi negara. Sehingga
masyarakat tidak ada rasa termarginalkan dalam kehidupannya karena perbedaan
ras agama maupun ekonomi. Perjuangan yang seperti inilah yang dia anggap perlu dilakukan
untuk membentuk masyarakat yag sejahtera baik lahir maupun batin.
Inilah pemikiran-pemikiran besar Marx yang mampu mengubah dunia dimana
tidak hanya merubah mindset tapi juga merubah cara bertindak manusia dalam
menjalani kehidupan. Dimana beliau selalu berdiri dalam titik tengah dengan
mengedepankan pola materialis dilektisnya yang selalu melihat sesuatu pada
kodrati manusia sebagai penentu kebijakan yang terbaik.
Kebenaran di dunia ini sifatnya relatif kontekstual yang mana pada suatu
saat akan ada kebenaran yang lebih benar karena kebenaran sejati bukan terletak
pada “ apa” namun terletak pada “siapa”.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Segala konsep pemikiran manusia lahir dari situasi kontekstual yang di
anggap keluar dari idealisnya. Begitu juga dengan lahirnya konsep marxisme yang
di ambil dari ide pemikiran Karl Marx yang muncul karena arogansi knsep
kapitalis yang merugikan kaum miskin atau proletariat.
Karl marx berusaha merumuskan suatu konsep pemerintahan dan sistem ekonmi
yang baik dan berpihak keada kaum iskin karena rakyat merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam konsep demokratis yang mejadi landasan fikir filsuf
pada masa itu. Akan tetapi dalam realitanya hal tersebut dilupakan oleh
konseptor kapitalis yaitu Weber. Sebelum Marx, Hegel juga sudah mengkritisi
sistem ini namun cuma dalam teori idealis yang mana menurut Marx hal ini kurang
bermaka karena hanya berktat pada dunia ide. Oleh sebab itu Marx melakukan
kritik terhadap teori-teori Hegel, dengan metode materialis dialektisnya Marx
menulis sebuah karya besar yang di sebut dengan manifesto communist sebagai
bentuk nyata solusi terhadap arogansi kapitalis.
Dari konteks ekonomi marx yang memang menentang hegemonitas terus
mengkoreksi kapitalis dan melahirkan sebuah karya yang disebut das kapitalis.
Marx menyatakan bahwa kaum elit sangat di untungkan dengan konsep ini sehingga
perlu sebuah revolusi pemikiran untuk melawan hegemoni elitis.
Kefilsafatan marx tidak perlu di ragukan lagi karena dari buah pemikiranya
sangat bermanfaat terhadap perkembangan kehidupan manusia masa kini. Sehingga
kita tidaklah bijak jika menghakimi marxisme merupakan ajaran yang terlarang
dak sesat karena pada dasarnya pendapat manusia itu tidak ada yang salah karena
kebenaran sendiri sifatnya relatif kontekstual.
4.2. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, semoga yang terdapat dalam
pembahasan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua pada umumnya dan
khususnya bagi para pembaca. Apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan baik
dalam penulisan maupun pemaparannya, kami selaku pemakalah mohon maaf. Dan
tidak lupa kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
dijadikan bahan perbaikan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Harold, Titus, dkk.,
1975, Persoalan – persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang.
Hatta, Mohammad, 1975,
Ajaran Marx atau Kepintaran Seorang Murid Membeo, Jakarta: Bulan Bintang.
Katsoff, Louis O.,
1992, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono: Tiara Wacana.
Ramli, Andi Muawiyah, 2000, Peta Pemikiran Karl Marx; Materialisme
dialektis dan Materialisme historis, Jogjakarta: LkiS.
Santso, Listiono,
dkk., 2003, Epistemologi Kiri, Jogjakarta: Ar-ruz media.
Seely, Charles S.,
1960, Modern Materialism: A Philosophi of Action, New York: Philosopical
Library.
Sindhunata, 1982,
Dilema Manusia Rasional, Jakarta: Gramedia.
Supardan, Daddang 2008,
Pengantar Ilmu Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.
Syamdani, 2009, Kisah
Diktator-diktator Psikopat, Yogyakarta: Narasi.
[3] Muhammad Hatta 1975 ; Ajaran Marx atau Kepintaran Seorang
Murid Membeo, Jakarta: Bulan Bintang . Hal. 17
[5] . Katsoff, Louis O., 1992, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono: Tiara Wacana. Hal. 216-218
[7]. Charles. S. Seely, 1960; Modern Materialisme: A Philosophi of
Action, New York: Philosopical Library. Hal.7
[9]. Andy Muawiyah Ramli,
2000: Peta Pemikiran Karl Marx; Materialisme dialektis dan Materialisme
historis,
Jogjakarta:LkiS. Hal. 12
[12] . ., 1984: Persoalan – persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang. Hal. 303
[13] Muhammad Hatta 1975, Ajaran Marx atau Kepintaran Seorang Murid Membeo,
Jakarta: Bulan Bintang. hal. 17
By: Lukas hutasoit, S.Pd.K
Tidak ada komentar:
Posting Komentar